Dampak Global Warming dan Kadar CO2 Terhadap Komponen Biotik dan Abiotik dalam Ekosistem

Sumber: www.conserve-energy-future.com


Ekosistem terbentuk oleh 3 hal penting yaitu faktor biotik, faktor abiotik dan hubungan atau interaksi antar keduanya. Komponen biotik merupakan komponen hidup, yaitu makhluk hidup itu sendiri sedangkan komponen abiotik merupakan lingkungan dimana makhluk hidup itu tinggal termasuk unsur-unsur kimia di dalamnya. Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponen ekosistem dalam jumlah yang berimbang. Apabila salah satu komponen terganggu maka akan terjadi ketidakseimbangan pada ekosistem tersebut.

Masalah terkait global warming dan kadar CO2 di atmosfer jelas sangat mempengaruhi komponen biotik dan abiotik pada suatu ekosistem. Peningkatan CO2 merupakan potensi gas efek rumah kaca yang dapat meningkatkan suhu panas di bumi. Meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer dapat menyebabkan pemanasan global yang berdampak pada iklim yang tidak stabil sehingga dapat mengganggu kehidupan di dalam ekosistem. Faktor biotik yang dipengaruhi oleh pemanasan global adalah suhu dan kadar O2, dimana suhu akan meningkat dan kadar O2 semakin menurun akibat adanya pemanasan global.

Suhu merupakan komponen abiotik yang penting untuk kehidupan organisme yang hidup dalam suatu ekosistem, sehingga apabila suhu terus meningkat maka kehidupan organisme juga akan terganggu karena sistem metabolisme di dalam tubuh akan terganggu apabila suhu udara terlalu tinggi dimana suhu tinggi dapat merusak enzim sehingga metabolisme tidak berjalan baik. Begitupun sebaliknya, suhu rendah bisa menyebabkan enzim tidak aktif dan metabolisme terhenti. Suhu yang optimal berpengaruh pada hidrolisis air dan difusi karbon dioksida ke dalam daun, tetapi akan sangat berpengaruh terhadap reaksi-reaksi biokimia fiksasi dan reduksi karbon dioksida. Oleh sebab itu, peningkatan suhu akan menurunkan laju fotosintesis sampai terjadinya denaturasi enzim dan kerusakan pada fotosistem. Apabila proses fotosintesis terganggu, maka akan menyebabkan terganggunya proses aliran energi pada rantai makan dalam suatu ekosistem karena produksi makanan oleh produsen (organisme autotrof) yang tidak optimal.

Pada umumnya peningkatan konsentrasi CO2 di udara akan meningkatkan kecepatan fotosintesis tanamaan, dan menurunkan kecepatan respirasinya. Keadaan ini akan mengganggu metabolisme dan perrtumbuhan tanaman. Peningkatan kecepatan fotosintesis menyebabkan penimbunan karbohidrat, sedangkan penurunan kecepatan respirasi menguurangi energi yang dibutuhkan tanaman. Beberapa tanaman memiliki kecepatan respirasi yang meningkat di bawah lingkungan kaya CO2 sehingga meningkatkan penguraiaan karbohidrat. Peningkatan CO2 lingkungan menyebabkan stres pada tanaman sehingga meningkatkan biosinntesis etilen. Meningkatnya biosintesis etilen dapat mempercepat pemasakan atau penuaan sel tanaman sebelum waktunya. Laju fotosistesis yang meningkat karena peningkatan konsentrasi CO2 lingkungan menyebabkan perubahan pola alokasi karbon, hal ini menentukan kualitas tanaman sebagai sumber makanan bagi serangga herbivor sehingga mempengarihi interaksi serangga herbivor yang secara langsung makan tanaman tersebut sehingga dapat mengganggu kestabilan ekosistem secara global (Kusumaputri, 1998).

Apabila komponen abiotik terganggu, maka komponen biotik atau makhluk hidup di dalam ekosistem tersebut juga akan terganggu karena komponen biotik secara tidak langsung hidupnya juga bergantung atau berhubungan timbal balik dengan komponen abiotik yang ada. Apabila komponen biotik terganggu, contohnya adalah suhu dan kadar CO2, maka akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis organisme autotroph, hal ini akan berpenaruh terhadap kelangsungan hidup konsumen yang bergantung pada sumber makanan dari produsen. Selain itu, proses respirasi makhluk hidup sangat bergantung pada O2 di udara, sehingga adanya global warming dan meningkatnya kadar CO2 di udara akan sangat berpengaruh pada keseimbangan suatu ekosistem.

Post a Comment

0 Comments