Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2020. Tak terasa pula telah lebih dari 9 bulan kita diuji dengan adanya pandemi Covid-19 terhitung semenjak Maret 2020. Seluruh sektor tak terkecuali bidang pendidikan ikut terdampak akibat mewabahnya virus mematikan yang telah menginfeksi banyak orang. Beberapa kebijakan pemerintah telah ditetapkan, salah satunya yaitu belajar dari rumah atau study from home (SFH). Hal ini tak lain dan tak bukan adalah demi untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 dan menyelamatkan banyak jiwa. Lalu, efektiflah pembelajaran dati rumah?
Efektif atau tidaknya, mungkin ini adalah jalan satu-satunya agar pendidikan tetap terlaksana walaupun dalam situasi pandemi. Tak dipungkiri memang, pembelajaran daring tidaklah dapat menggantikan pembelajaran tatap muka, dimana peran guru dijalankan dengan maksimal dan materi dapat disampaikan dengan optimal. Di sisi lain siswa juga dapat menangkap materi dengan baik serta mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh, dan yang terpenting adalah guru dapat mengawasi gerak-gerik dan memantau perkembangan belajar para siswanya.
Sangat berbeda dengan pembelajaran selama 9 bulan belakangan ini. Yang mana seluruhnya dilaksanakan secara daring, ya meskipun ada beberapa sekolah di beberapa daerah yang terkategori ke dalam zona aman yang nekat menerapkan pembelajaran tatap muka meski dengan durasi yang singkat dan membatasi jumlah siswa dengan sistem shift (masuk bergantian) serta menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, namun hal itu pun dirasa belum efektif. Siswa masih harus berusaha lebih keras untuk membangun pemahamannya sendiri, rajin membaca buku, dan mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri di rumah. Dalam hal ini pun orang tua dituntut untuk lebih pro aktif dan bertindak ekstra untuk membimbing anak-anaknya dalam belajar.
Mau tidak mau, orangtua harus meluangkan waktu khusus di sela-sela kesibukannya untuk menemani dan mendampingi anak dalam belajar. Hal ini agar anak lebih bersemangat untuk belajar. Namun, bukan berarti segala tugas anak dilimpahkan kepada orangtua, tidaklah begitu.
Terdapat fakta dimana jika anak malas belajar, maka orangtua akan membacakan materi untuk anak layaknya membacakan sebuah dongeng, sedangkan si anak malah asyik bermain smartphone. Yang lebih parahnya, jika anak tidak mau mengerjakan tugas-tugas sekolah maka orangtua lah yang rela mengerjakan semua tugas anaknya. Sunggu ironi memang. Jika seperti ini ceritanya, lantas bagaimana nasib generasi penerus Bangsa?
Diterapkannya pembelajaran daring seperti saat ini seringkali dimanfaatkan anak untuk sesering mungkin berinteraksi dengan gadget dengan alasan belajar atau mencari jawaban untuk tugas-tugasnya. Namun nyatanya kerap kali penggunaan gadget untuk keperluan sekolah ini malah disalah gunakan untuk bermain game atau sekadar nonton youtube. Sangat miris bukan?
Orang tua seharusnya bisa lebih tegas terhadap anak. Dapat mengatur jam belajar anak, frekuensi anak untuk bermain bersama teman ataupun bermain gadget dan juga waktu untuk istirahat. Belajar di tengah pandemi ini bukanlah hal yang mudah, peran orangtua sangatlah dibutuhkan untuk selalu memberi motivasi belajar kepada anak agar tidak surut semangat belajarnya walaupun banyak tugas, walaupun belajar di rumah, dan walaupun tidak bertemu dengan teman-temannya.
Semoga pandemi ini segera berlalu dan sekolah dapat dilaksanakan secara tatap muka kembali. Hanya do'a dan harapan yang dapat selalu kita haturkan agar bumi pertiwi segera tersenyum lagi. Semoga pula adanya vaksin Covid-19 dapat membawa titik terang sebagai awal berakhirnya pandemi ini.
0 Comments