![]() |
Sumber gambar: Pexels.com |
Kajian atas tafsir al-Qur’an secara umum telah dilakukan dengan berbagai variasi dan model pendekatan. Tidak terkecuali di Indonesia yang mempertimbangkan aspek-aspek kesejarahan dan dimensi lokalitas, baik dari aspek bahasa dan aksara yang dipakai maupun karakteristik lokal yang menyangganya.
Sejarah mencatat bahwa penyebaran Islam dari awal kemunculan sampai detik ini, diyakini tidak lepas dengan sumber inti ajaran Islam, yaitu al-Qur’an. Maka bisa dikatakan bahwa sejarah perkembangan Islam juga ditandai dengan sejarah al-Qur’an dan penafsirannya, meskipun pada kenyataannya sejarah al-Qur’an lebih menitikberatkan pada peninggalan-peninggalan tertulis yang lahir dari tradisi intelektual para ulama’ yang bersangkutan. Oleh karena itu, sejarah al-Qur’an dan penafsirannnya dapat dikaji melalui sejarah masuknya Islam di Indonesia.
Baca Juga: Keterkaitan Covid-19 dan Keistimewaan Angka 19 Dalam Al-Qur'an
Sejarah Singkat Kajian Tafsir di Indonesia
Diawali dengan datangnya Islam ke pesisir utara pulau Sumatera pada abad pertama Hijriah. Sebagian pendapat, Islam telah menjalar ke Aceh sekitar 1290 M, kemudian menyebar di Jawa pada abad ke-13 M. Dimana, al-Qur’an dikaji disaat Islam disebarkan, dengan seiring perkembangan Islam di Indonesia dikembangkan pula pengajian-pengajian al-Qur’an dalam bentuk kegiatan yang berkaitan dengan ajaran Islam. Perkenalan dengan al-Qur’an pada masa itu melalui beberapa tahapan.
Pertama, pembacaan terhadap teks-teks al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu Tajwid. Kedua, penerjemahan al-Qur’an. Ketiga, penafsiran al-Qur’an. Penafsiran al-Qur’an di Indonesia sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian: klasik dan modern. Kedua penafsiran ini mempunyai ciri khas yang berbeda, pada masa klasik masih bersifat sederhana, belum mempunyai corak penafsiran yang spesifik. Sedangkan pada masa modern mempunyai corak yang spesifik dalam penafsiran.
Jika disimpulkan secara sederhana, bahwa kajian al-Qur’an dan penafsirannya di Indonesia dirintis oleh Abdur Rauf Singkili yang menerjemahkan al-Qur’an Tarjuman al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu pada pertengahan abad XVII. Apa yang sudah dikaryakan oleh Singkili ini dilanjutkan oleh Munawar Chalil Tafsir al-Qur’an Hidayah ar-Rahman, A. Hassan Bandung al-Furqon (1928), Mahmud Yunus Tafsir Qur’an Indonesia (1935), Hamka Tafsir al-Azhar (1973), Zainuddin Hamidi tafsir al-Qur’an (1959), Halim Hasan Tafsir al-Qur’an al-Karim (1955), Iskandar Idris Hibarn. Dalam bahasa-bahasa daerah, dilanjutkan oleh kemajuan islam Yogyakarta Qur’an Kejawen dan Qur’an Sundawiyah, KH. R. Muhammad Adnan al-Qur’an Suci Bahasa Jawi (1969) dan Bakri Syahid al-Huda (1972). Sebelumnya, pada 1310 H, Kyai Mohammad Saleh Darat Semarang menulis sebuah tafsir dalam bahasa Jawa huruf Arab. Ada pun karya Kyai Bagus Arafah Solo yang belum selesai garapan tulisannya berjudul Tafsir Jalalain Bahasa Jawi Alus Huruf Arab.
Baca Juga: Metodologi Pendekatan Kritik Sastrawi Terhadap Al-Qur'an Atas Penafsiran Amin Al-Khuli
Pada generasi selanjutnya dapat dibilang generasi keempat, terdapat karya tafsir menggunakan bahasa Melayu-Jawi 1980-an. Karya tafsir ini dikarang oleh KH. Bisri Mustofa dalam karyanya al-Ibriz yang menggunakan bahasa Jawa dengan aksara Arab Pegon. Karya tafsir lain yang menggunakan bahasa daerah adalah karya Misbah Zainal Mustafa dengan judul Iklil li Ma’ani at-Tanzil yang terbit pertama kali tahun 1981. Tafsir ini menggunakan bahasa Jawa, akan tetapi aksara latin.
Tafsir Hijri Kajian Tafsir al-Qur’an Surat An-Nisa’ menjadi buah karya pada era 2000 oleh Dadin Hafidhuddin. Ditemani dengan karya Tafsir Tematik al-Qur’an tentang Hubungan Sosial Antar-umat Beragama oleh Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah. Selain itu, terlahir pula karya buku tafsir yang berasal dari sebuah skripsi berjudul Konsep Cinta dalam al-Qur’an menjadi sebuah buku tafsir berjudul Memasuki Makna Cinta karya Abdurrasyid Ridha. Ada pula karya tafsir Dalam Cahaya al-Qur’an, Tafsir Sosial Politik al-Qur’an karya Syu’bah Asa. Jiwa dalam al-Qur’an, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern karya Achmad Mubarok yang bermula dari sebuah disertasi berjudul Konsep Nafs dalam al-Qur’an. Kemudian disusul Tafsir Juz ‘Amma Disertai Asbabun Nuzul sebuah karya Rafi’udin dan Edham Syifa’i, dan Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an karya M. Quraish Shihab.
Wallahu’alam.
Sumber
Dr. Ahsin Sakho Muhammad. Membumikan Ulumul Qur’an. (Jakarta:Qaf,2019)
Taufik Adnan Amal. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. (Tangerang
Selatan:PT Pustaka Alvabet,2019)
0 Comments