Mengenal Persona dan Peta Jiwa ala BTS dalam Buku Map of the Soul: Persona

Sumber: Doc Pribadi


Judul                   : MAP OF THE SOUL: PERSONA, Our Many Faces

Penulis                : Murray Stein, Leonard Cruz, dan Steven Buzzer

Penerjemah         : dr. Siska Nurohmah

Penerbit               : Shira Media

Halaman              : x + 114 halaman


Saat ini sudah tidak diragukan lagi K-Pop menjadi hiburan terdepan insan muda Indonesia. Tidak bisa dipungkiri perkembangan hiburan Korea mampu menjaring anak-anak muda bahkan juga orang dewasa untuk senantiasa dinikmati. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagi penikmat hiburan Korea terlebih K-Popers, siapa yang tidak mengenal BTS? Grup laki-laki yang sudah merambah kancah internasional dengan lagu yang dibawakannya.

Awalnya saya tidak begitu memahami kenapa dalam buku Map of the Soul: Persona dibuka dengan ucapan terima kasih kepada Army dan BTS. Rupanya BTS menjadi Grup yang telah memperkenalkan Psikologi Jungian kepada kaum muda, generasi baru, tentu utamanya bagi ARMY yang menjadi pendengar setia sekaligus penggemar BTS ini.

Pada halaman awal Murray Stein, penulis buku ini menjelaskan tentang bagaimana lagu-lagu BTS dengan kedalaman makna yang luar biasa. Barangkali saya yang sudah berulangkali mendengar lagu BTS seperti Intro: Persona yang dibawakan oleh RM,  dan Boy With Luv tidak menyadari, dalam album grup ini benar-benar memberi makna dan kandungan yang dalam.

Dibuka dengan catatan Album Map of the Soul: Persona milik grup sejuta umat ini, yang direfleksi oleh Murray Stein, membuka pemahaman baru tentang lagu-lagu BTS. Buku ini membahas mengenai Peta Jiwa dengan segala bagian dan penjelasannya. Mulai dari dunia eksternal, ego, persona yang dibahas secara luas di sini, bayang-bayang, anima-animus, kompleks-kompleks, diri arketipal, api primordial, dan beberapa hal lain yang lekat kaitannya satu dengan lainnya.

Persona yang mungkin telah banyak didengar atau dibaca, tidak jarang hanya lalu lalang lewat telinga dan mata. Persona merupakan topeng, menutupi bagian dari diri yang tidak ingin ditampakkan kepada orang lain, juga mengekspresikan diri seseorang pada saat bersamaan. Pada dasarnya manusia akan menunjukkan hal baik yang benar ingin dia tunjukkan pada orang lain, dalam hal inilah persona bekerja. Tidak juga melupakan bayang-bayang yang merupakan citra kebalikan dari persona.

Melalui persona seseorang akan menunjukkan diri yang ideal. Sehingga dia menutupi bayang-bayang dalam dirinya. Topeng yang dipakai oleh seseorang biasanya terbentuk dari pengalaman personal. Baik dalam internal keluarga inti, masyarakat di luar keluarga, hingga suatu kebudayaan yang melengkapi diri secara luas. Jadi, apakah kita adalah sosok yang sedang melakukan sebuah peran dengan topeng yang disebut persona ini? Dalam hati tentu kita bisa menjawabnya.

Barangkali yang membaca buku ini akan disuguhi beberapa istilah yang mungkin akan sulit dipahami bagi yang belum mengenal istilah tersebut. Oh, tentu tidak sulit untuk kamu yang sudah terbiasa atau rajin membaca (eh jangan minder dulu). Tapi tidak ada salahnya untuk membaca bagian-bagian buku ini dengan seksama. Mungkin ARMY juga bisa membaca buku ini untuk lebih mengenal lagu-lagu idolanya.

Bisa dikatakan buku ini cukup tipis, tapi bukan berarti tidak menyenangkan. Menikmati serangkaian teori yang dikupas secara ringan oleh penulis membuat saya tersadar saat belajar tentang Psikologi Jungian di perkuliahan agaknya saya memang tidak 100% memperhatikan dan konsentrasi. Itu menjadi penyebab buku ini terlihat lebih menarik dari materi perkuliahan dalam kelas. Tapi tentu, membacanya perlu pemahaman dan catatan, terlebih untuk kamu yang benar ingin belajar. Meskipun terjemahan, Map of the Soul: Persona ini bisa dinikmati dengan bahasa yang enak dibaca.

“Untuk mencintai dirimu dengan tulus, kau harus mencintai SELURUH diri-mu” halaman 100.

Post a Comment

0 Comments