Cinta Dalam Diam || Cerpen

Sumber gambar: Pinterest.com


Langkah kaki menuju kampus hijau. Lalu lalang ribuan orang di sekitar kampus memasuki ruangan kelas. Aku yang tak tau daerah kampus sebelumnya, karena ini menjadi hari pertamaku menginjakkan kaki di kampus. Kebingungan yang aku rasakan dengan melihat dari sudut ke sudut kampus dengan tak ada keberanian dalam diri untuk bertanya.

Kehidupan yang berbeda dari kehidupan sebelumnya, membuatku canggung dalam menghadapinya. Aku melihat seorang cleaning service yang sedang membersihkan sudut kampus, kemudian aku bertanya kepadanya. Setelah mengetahui ruang kelas yang aku tempati, bergegaslah aku menuju kelas.

Memasuki kelas dengan suasana hening, aku duduk di pojok barisan ke dua seorang diri yang belum mengenal teman kelasku. Ketika dosen telah menerangkan pelajaran yang ada, aku berusaha mengikuti ketertinggalan pelajaran yang belum aku dapatkan. Pergantian jam telah usai, aku menuju taman untuk menunggu jam selanjutnya.

Setelah hari pertama aku lewati dengan rangkaian rintangan, tak menjadikan bebanku untuk menghadapi hari kedua dan hari selanjutnya dalam menjalani kehidupan kampus. Ada yang membuatku ragu untuk menjalani kehidupan kampus ini. Aku selalu merasa menyesal dengan kekacauan hati.

Minggu ke minggu yang telah aku lewati, dewasa yang menjadi dalam diri berikan pengalaman kehidupan ini. Setelah mengenal teman-teman kelas aku mulai mengetahui dari beberapa karakter yang berbeda-beda, akan tetapi ada seseorang yang membuatku merasa kagum terhadapnya. Lelaki itu yang bertemu denganku selalu menundukkan pandangannya. Ketika bertemu, tak ada hasrat dalam diri untuk memulai berbicara.

Via sosmed lah yang menjadikannya berani untuk pembicaraan. Perbincangan yang dimulai masalah ranah kuliah kini pun menuai kepribadian yang mengetahui satu sama lain. Setiap detik, menit, jam, dan hari aku dan dia selalu mengetahui hal yang terkecil kami lakukan. Akan tetapi, perbuatanku tak sejalan dengan hati. Fikiran pun terus menuai pertanyaan, takada status, ataupun kepastian diri.

Wanita tak pantas untuk mengawali dari sebuah hubungan, lantas apa yang harus aku lakukan? Itu yang selalu ada dalam benakku. Aku juga selalu berfikir, apa ini salah dalam perbuatanku? Jika aku melakukan semuanya, aku telah melanggar agama yang telah menjadikan hukum dalam agamaku. Keinginan itu aku urungkan, walaupun aku melihat teman-temanku yang banyak melanggar larangan agama tak menjadi penghalang keteguhan hati ku untuk menegakkan prinsip hidupku.

Biarlah cinta ataupun rasa ini menjadi saksi hidupku dalam diam. Dengan melihat teman yang selalu mencari orang yang kekal dalam hidupnya, akan tetapi aku hanya mencari sang maha kekal dalam kehidupan ini. Kekekalan abadi hanyalah pada sang maha kekal dan Dia-lah pengatur segala kehidupan. Biarlah aku menjadi orang yang langka dengan mengagumi dalam diam.

Post a Comment

0 Comments