Misteri Rumah Kayu || Cerpen 2020

Setelah pulang sekolah, Ghea bersama Dina, Bayu, Reihan, dan Fina berjalan bersama seperti biasa dari sekolah menuju rumah. Mereka berlima sambil bercanda di jalanan karena Bayu yang kerjaannya suka jailin teman-teman nya.

Mereka masih duduk di bangku kelas 5 SD karena letak rumah mereka tidak jauh dari rumah maka mereka lebih memilih jalan kaki daripada naik sepeda.

Reihan yang berada di depan sendiri tiba-tiba berhenti mendadak membuat teman-teman nya yang berada di belakang langsung mengomelinya. 
“Rei, kamu kenapa sih kok tiba-tiba berhenti,” ucap Ghea. 
“Iya Rei, ada penculik ya?” tanya Bayu diiringi senyum jahilnya. 
“Ngawur aja kamu, Bay, jangan gitu nanti aku takut,” timpal Fina. 
“Sssttt....,” Reihan menempalkan jari telunjuk di bibirnya mengisyaratkan teman-teman nya agar tidak berisik. 
“Kenapa sih, Rei?” tanya Dina raut wajahnya terlihat serius. 
“Liat rumah itu,” Reihan menunjukkan sebuah rumah kayu di pinggir jalan sontak membuat teman-teman nya langsung mengamati rumah itu.  
“Ihhh serem banget,” timpal Ghea. 
“Jangan-jangan rumah itu ada hantunya,” celetuk Bayu membuat teman-teman nya langsung menoleh kearah Bayu dengan muka serius. 
“Maaf deh, aku nggak nakutin kalian tapi emang bener lho kalau rumor rumah itu nyeremin,” ucap Bayu. 
“Yang bener,Bay?” tanya Dina. 
“Iya,Din. Kata pak RT pas dulu pernah warga sini  denger suara aneh dari rumah itu dan katanya ada hantunya.” 
“Jadi merinding kan, pulang aja yuk. Yang terakhir larinya dikejar hantu,” teriak Bayu lalu lari paling depan membuat teman-teman nya langsung mengikutinya. 

~~~
Saat ini Ghea sedang mencuci piring dan dibantu dengan ibunya. Karena sudah terbiasa sehabis pulang sekolah setelah itu makan dan mencuci piring untuk mengurangi pekerjaan ibunya. 
“Bu, apa bener rumah kayu yang di pinggir jalan itu angker?” tanya Ghea. 
“Ibu kurang tau tentang rumah kayu itu tapi kata pak RT emang bener sih rumah itu angker.” 
“Tapi kata Bayu sih angker.” 
“Udah nggak usah di pikirin. Katanya kamu mau main kan?” 
“Oh iya tadi udah janjian di rumah pohon. Kalau gitu Ghea pamit ya, Bu.” 
“Iya, Nak. Hati-hati mainnya.”


Sesampainya di rumah pohon teman-teman Ghea masih asyik membahas rumah kayu itu sementara Bayu asyik memakan jajan yang dibawa dari rumah.

“Kalian pada bahas rumah kayu itu?” tanya Ghea. 
“Iya nih, aku mau cari berita tentang rumah kayu itu bener angker apa enggak,” timpal Reihan. 
“Emang kamu ada rencana apa?” tanya Fina. 
“Gimana kalau kita nanti malam ke rumah kayu itu siapa tau kita bisa nyelidiki dan berhasil mendapatkan berita yang benar.” 
“Hah? Yang bener, Rei?” tanya Bayu masih tak percaya. 
“Iya, kalau kamu nggak mau juga nggak apa-apa. Siapa yang mau nemenin aku?” tanya Reihan. 
Semuanya mengacungkan tangan kecuali Bayu membuat Bayu merenung sedih tetapi dengan berat hati akhirnya Bayu menyetujui. 
“Oke kalau gitu nanti malam kita kumpul di sini. Nanti aku buat rencana sama Ayah biar Ayah bisa bantu rencana kita,” ucap Reihan membuat semuanya mengangguk setuju. 
Ayah Reihan yang selaku ketua RT di desa ini membuat Ghea dan teman-teman nya tidak terlalu khawatir karena pasti Ayah Reihan bisa melindungi mereka. 
                                                               ~~~ 
19.00 
Ghea yang sedang menonton tv langsung beranjak keluar rumah melihat sudah pukul 7 malam karena ada janjian dengan teman-teman nya untuk melakukan rencana Reihan. 
“Mau kemana kamu, Ghe?” tanya Ibunya membuat langkah Ghea terhenti. 
“Emmmm. Ma-mau ke rumah Reihan, Bu.” 
“Ngapain?” 
“Kerja kelompok.” 
“Beneran?” 
“Iya Bu.” 
“Ya sudah hati-hati.”

Terpaksa berbohong dengan ibunya agar bisa melakukan rencana Reihan. Ghea hanya bisa pasrah berharap ibunya tidak mengetahui semua ini. 
Sesampai di rumah pohon teman-teman Ghea sudah berada di sana hanya yang terakhir tinggal Ghea yang baru saja datang. 
“Maaf ya aku lama,” ucap Ghea. 
“Tidak apa-apa, Ghe, ya sudah yuk kita langsung berangkat. Nanti Ayah aku menyusul di belakang,” ucap Reihan membuat semuanya mengangguk setuju lalu menuju rumah kayu itu.

Sekitar 5 menit mereka sampai di rumah kayu itu terlihat dari luar saja sudah tampak seram dan tidak ada lampu yang menyala di rumah itu. Masing-masing teman Ghea sudah membawa senter untuk alat penerangan.



Krekkk....

Suara pintu terbuka yang terlebih dahulu masuk adalah Reihan dan disusul dengan teman-teman nya. Sementara Bayu memeluk jaketnya yang di gunakan erat-erat. 
“Semuanya diam jangan ada yang bersuara,” perintah Reihan. 
Mereka pun bersama-sama menyelidiki setiap sudut ruangan terlihat kumuh serta kotor tetapi ada satu yang menarik di mata Reihan membuat Reihan dan teman-temannya menghampiri sebuah kotak yang berada di bawah kursi.

Di bukanya kotak itu terlihat banyak sekali kalung, cincin, dan yang lainnya. Membuat semuanya kaget tidak percaya. 
“Kenapa banyak perhiasan?” tanya Ghea lirih. 
“Aku juga tidak tau apa jangan-jangan rumah ini sarang begal?” tanya Reihan membuat semuanya langsung memeluk satu sama lain.

“SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MASUK RUMAH INI?!”

Suara menggelegar membuat teman-teman Ghea langsung berhamburan mengumpat di beberapa sudut ruangan. Saat ini Ghea bersama Reihan dan Fina mengumpat di balik lemari sementara Bayu dan Dina mengumpat di bawah kolong meja.

Suasana benar-benar mencekam dan teman-teman Ghea tidak ada yang bersuara semua diam dan bergandengan tangan untuk saling melindungi. 
“Untung saja perhiasan ini tidak hilang kalau ada yang mengambil tidak segan-segan ku bunuh,” ucap seseorang itu sambil mengamati perhiasan yang ada di tangannya.

Duk....

Suara itu berasal dari Dina yang baru saja kepentok meja membuat teman-teman nya langsung menoleh kearah Dina dan pasrah bila seseorang itu mengetahui.

“SIAPA ITU?!”

Seseorang itu langsung berjalan ke arah sumber suara dimana tempat Dina dan Bayu mengumpat. Seseorang itu berada di depan meja dan menunduk untuk melihat seseorang yang berada di bawah meja.

Seseorang itu menyeret Dina dan Bayu secara paksa membuat mereka kesakitan. 
“Lepasin!!” teriak Dina. 
Tetapi seseorang itu malah menunjukkan senyum liciknya. 
“Tidak akan aku lepaskan!” 
Sementara itu Bayu menggigit tangan seseorang itu membuat seseorang itu raut wajahnya tambah murka.

Tidak lama setelah itu terdengar  dobrakan pintu membuat seseorang itu menoleh. Terlihat  banyak warga yang langsung membekuk seseorang itu dengan kesempatan ini Dina dan Bayu langsung menuju ke arah orang tuanya. 
“Ngaku saja kamu kan yang mencuri perhiasan milik warga?!” tanya pak RT dengan raut wajahnya yang marah. 
Sementara Ghea, Fina, dan Reihan langsung berlari menuju ke orang tuanya. 
“Saya tidak mencuri,” ucap seseorang itu. 
“Ini buktinya kamu yang mencuri perhiasan milik warga,” ucap pak RT langsung merampas perhiasan yang ada di tangan seseorang itu. 
“Iya benar itu kita laporkan saja ke polisi,” timpal warga. 
“Setuju!!!”.


Karya: Gherriyazalza - Purworejo

Post a Comment

0 Comments