Zahrapedia Artikel 2020 - Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup. ADB ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom mikrositer, kadar besi serum (serum iron = SI) dan transferrin jenuh menurun, kapasitas ikat besi total (total iron binding capacity = TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Besi memiliki fungsi biologis yang penting mencangkup respirasi, produksi energi, sintesis DNA, dan ploriferasi sel. Besi juga dapat bersifat toksik sehingga absorbsinya terbatas yaitu 1-2 mg perhari. Besi yang dibutuhkan tubuh sebesar 25 mg perhari yang didapatkan dari daur ulang makrofag yang memfagosit eritrosit tua.Tubuh manusia dapat mengubah besi dengan berbagai cara, yaitu mendaur ulang besi setelah pemecahan sel darah merah dan retensi besi yang tidak diekskresikan.
Transportasi dan penyimpanan besi terutama diperantarai oleh tiga proteintransferin, reseptor transferin, dan ferritin. Transferin dapat mengandung sampai dua atom besi. Transferin mengangkut besi ke jaringan yang mempunyai reseptor transferin, khususnya eritroblas dalam sumsum tulang, yang menggabungkan besi menjadi hemoglobin. Transferin kemudian dipakai ulang. Pada akhir hidupnya, eritrosit dipecah dalam makrofag sistem retikuloendotelial dan besi dilepaskan dari hemoglobin, memasuki plasma dan menyediakan sebagian besar besi transferin plasma yang berasal dari makanan mengandung besi, diabsorbsi melalui duodenum dan yeyenum.
Sebagian besi disimpan dalam sel retikuloendotel sebagai ferritin dan hemosiderin, jumlahnya sangat bervariasi sesuai dengan status besi tubuh keseluruhan. Ferritin adalah kompleks besi-protein yang larut dalam air, dengan berat molekul 456.000. Ferritin tersusun atas cangkang protein luar, yaitu apoferritin, yang terdiri atas 22 subunit dan inti besi-fosfat-hidroksida; mengandung besi sampai 20% beratnya dan tidak tampak pada pemeriksaan mikroskop cahaya. Tiap molekul apoferitin dapat meningkat 4000-5000 atom besi. Hemosiderin adalah suatu kompleks besi-protein tak larut dengan komposisi yang bervariasi dan mengandung besi sekitar 37% beratnya. Hemosiderin berasal dari digesti parsial agregat molekul feritin oleh lisosom, dan dapat dilihat dalam makrofag dan sel lain pada pemeriksaan mikroskop cahaya setelah diwarnai dengan reaksi Pearls (biru Prussia). Besi dalam ferritin dan hemosiderin terdapat dalam bentuk ferri. Besi ini dimobiliasi setelah reduksi menjadi bentuk ferro, dengan keterlibatan vitamin C. Seruloplasmin, yaitu enzim yang mengandung tembaga, mengatalisis oksidasi besi menjadi bentuk ferri untuk berikatan pada transferrin plasma.
Besi juga terdapat dalam otot sebagai mioglobin, dan pada sebagian besar sel-sel tubuh sebagai enzim yang mengandung besi, mis. Sitokrom, suksinat dehidrogenase, katalase dll. Besi jaringan ini lebih kecil kemungkinannya untuk berkurang dibandingkan hemosiderin, ferritin, dan hemoglobin pada keadaan defisiensi besi, tetapi dapat terjadi berkurangnya enzim yang mengandung heme.
Ada dua jenis zat besi yang ditemukan dalam makanan, yaitu zat besi heme dan zat besi non-heme. Zat besi heme ditemukan dalam sel-sel darah merah hewan, sementara zat besi non-heme yang bersumber dari tanaman atau sayuran. Zat besi non heme yang berasal dari sayuran umumnya berbentuk senyawa inorganik ferri (Fe3+). Sebelum diserap oleh usus, zat ini harus diubah dahulu menjadi bentuk ferro (Fe2+). Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor-faktor endogen, seperti enzim pepsin-HCl, dan komponen zat yang berasal dari makanan seperti vitamin C dengan gugus –SH (sulfidril).
Zat besi dengan vitamin C membentuk askorbat bes kompleks yang larut dan mudah diserap oleh organ-organ pada tubuh manusia. Pengubahan zat besi non heme dalam bentuk senyawa Fe3+ menjadi Fe2+ akan semakin besar bila pH di dalam lambung semakin asam. Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga dapat membantu penyerapan zat besi dari sayuran di dalam lambung. Kehadiran vitamin C ini dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebanyak 30%.
![]() |
Buah Kiwi |
Vitamin C bertindak sebagai enhancer yang kuat dalam mereduksi ion ferri menjadi ion ferro, sehingga mudah diserap dalam pH lebih tinggi dalam duodenum dan usus halus. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonhem meningkatkan empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferrin di dalam plasma ke ferritin.
Pada vegetarian terjadi penurunan ferritin dan peningkatan TIBC dibandingkan dengan non vegetarian. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mengkonsumsi daging dengan besi yang cukup dan hanya mengkonsumsi sayuran yang memiliki absorbsi rendah terhadap besi. Sehingga dibutuhkan asupan vitamin C yang tinggi untuk meningkatkan absorbsi besi pada vegetarian yang hanya mengkonsumsi sayuran yaitu bayam, brokoli, wortel, sawi, labu siam dan jagung serta buah-buahan yaitu apel, semangka, pepaya, pisang, dan sebagainya. Pada vegetarian juga dibutuhkan zat besi tambahan pada makanan mereka sehingga tidak terjadi anemia defisiensi besi.
Kiwi adalah sejenis buah yang dapat dimakan dari tanaman merambat berkayu dalam genus Actinida. Actinida asli berasal dari Shasnxi, Tiongkok. Kultivar kiwi umumnya berbentuk oval, dengan ukuran telur ayam (panjang 5-8 cm dan diameter 4,5-5,5 cm). Kulit berwarna hijau gelap kecoklatan dengan daging buah warna hijau terang atau kuning emas dan barisan biji berwarna hitam kecil yang bisa dimakan. Buah ini teksturnya lembut dan beraroma unik. Kiwi hijau lebih berbulu kulitnya, dengan rasa lebih segar dan lebih tajam, sedangkan kiwi emas kulitnya lebih mulus dan cita rasa manis buah tropis.
Buah kiwi dikenal dapat mengatasi konstipasi. Buah kiwi juga digunakan sebagai pengobatan sejumlah kanker di Cina, terutama kanker system pencernaan dan kanker payudara. Penelitian terbaru menyatakan bahwa buah kiwi dapat meningkatkan absorbs besi pada anemia defisiensi besi. Buah kiwi mengandung vitamin C yang sangat tinggi dibandingkan buah lain, sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita anemia defisiensi besi terutama yang disebabkan karena diet vegetarian.
Kandungan vitamin C yang terdapat di dalam buah kiwi dapat menjadi pilihan vegetarian yang mengalami anemia defisiensi besi namun tidak dapat mengkonsumsi daging. Vitamin C buah kiwi yang tinggi dapat membantu absorbsi besi pada vegetarian, sehingga dapat meningkatkan kadar ferritin dan menurunkan kadar TIBC pada vegetarian.
Perbandingan nutrisi kiwi dan buah yang lain (per 100 gram) dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut bisa diketahui bahwa buah kiwi mengandung lebih banyak nutrisi disbanding buah-buah lainnya, bahkan buah ini memiliki nutrisi paling banyak. Berdasarkan tabel tersebut, buah kiwi dapat menjadi solusi untuk vegetarian yang tidak dapat menkonsumsi daging. Buah kiwi hijau dan coklat juga mengandung zat besi yang lebih tinggi dibanding buah lainnya. Buah ini mengandung 0,4 mg/ 100 mg zat besi, sedangkan buah apel dan jeruk hanya mengandung 0,1 mg/ 100 mg zat besi. Buah pisang, anggur, dan pir juga memiliki kadar zat besi yang lebih rendah dibandingan buah kiwi. Kebutuhan besi perhari yang diperlukan untuk mengompensasi kehilangan besi dari tubuh pada pria dan wanita yaitu sebesar 0,5-2 mg/hari. Vegetarian dapat mengkonsumsi minimal 500 mg buah kiwi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan zat besi perharinya. Sehingga zat besi yang terdapat di dalam buah kiwi dapat menjadi pilihan bagi vegetarian yang ingin mengkonsumsi zat besi cukup tanpa harus mengkonsumsi daging.
Kesimpulan
Buah kiwi mengandung vitamin C dan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan buah lainnya. Buah kiwi dapat menjadi pilihan bagi vegetarian yang mengalami anemia defisiensi besi tetapi tidak dapat mengkonsumsi daging dengan zat besi yang cukup
Sumber:
Anggraini, Dian Isti, Vincha Rahma Luqman. 2017. Efek Buah Kiwi Terhadap Anemia Defisiensi Besi Pada Vegetarian. Jurnal Majority. Vol. 6 No. 2 Hal. 134-140.
0 Comments