Semakin hari, bumi kita sudah semakin tua dan rapuh. Tanpa keperdulian kita semua, umur bumi akan semakin pendek. Kerusakan lingkungan terjadi di sana-sini, eskploitasi dimana-mana, flora fauna tak lagi memiliki habitatnya, sungguh kenyataannya sangat miris dan menyayat hati bagi kita yang masih memiliki hati nurani.
Kita hidup di bumi, namun kehidupan kita tidak membumi. Kecerobohan dan kelalaian manusia telah membuat bumi meneteskan air matanya. Bencana alam terjadi dimana-mana, tak lepas dari dari ulah manusia yang kurang perduli terhadap lingkungan. Pemanasan global, pergerseran musim, tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, serta bencana alam lainnya merupakan dampak dari kecerobohan manusia dalam menjaga lingkungannya.
![]() |
Save Our Eart Source: Steemit.com |
Sadarkah kita, bahwa bumi ini bukan milik kita?
Sejatinya, bumi adalah milik Sang Pencipta, dan kita hanya diberi hak untuk tinggal disana. Bumi memang diciptakan untuk manusia, namun bumi ini bukanlah milik kita. Manusia sebagai khalifah di bumi sudah selayaknya menjaga amanah untuk senantiasa menjaga dan merawat bumi dengan baik agar tetap lestari, untuk keberlangsungan hidup di masa yang akan datang.
Kita harus sadar bahwa perduli terhadap lingkungan tidak harus menunggu Hari Bumi tiba. Jadikan setiap hari sebagai Hari Bumi, agar kita selalu ingat bahwa bumi perlu dijaga, dengan cinta dan keperdulian dari dalam diri kita. Aku, kamu, dan kita, dapat melakukannya dari langkah-langkah yang kecil. Seperti membuang sampah pada tempatnya, menghemat energi, bepergian dengan sepeda untuk jarak yang dekat, menanam pohon di halaman rumah, mengurangi penggunaan plastik, kerja bakti membersihkan lingkungan, dan banyak lagi. Jika masing-masing dari kita melakukannya, tentu saja hal itu menjadi suatu aksi konkret dalam menyelamatkan lingkungan.
Namun, kesadaran itu harus muncul dari dalam diri kita sendiri. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga dan merawat bumi ini? Bukankah Allah menciptakan manusia di muka bumi ini untuk menjadi seorang pemimpin? Lantas, pantaskah kita sebagai seorang pemimpin apabila merusak bumi yang amat indah ini?
Hubungan manusia dengan lingkungannya bagaikan Hukum Newton III, yakni aksi yang dilakukan sama dengan reaksi yang diterima. Hal ini nyata adanya. Ibarat kita selalu berlaku baik kepada lingkungan, menjaga dan merawat lingkungan dengan baik, maka lingkungan juga akan membalasnya dengan baik. Namun sebaliknya, apabila kita merusak lingkungan dan mengeksploitasi sumber daya alam secara membabi buta, maka lingkungan juga akan membalas dengan buruk sesuai perbuatan kita, seperti terjadinya bencana alam, naiknya suhu permukaan bumi, minimnya kadar oksigen di udara, dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan di bumi, manusia dan lingkungannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, manusia memerlukan lingkungan sebagai tempat hidup dan berkehidupan, dan lingkungan membutuhkan manusia agar kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan sempurna. Keserasian hidup antara manusia dan lingkungannya dapat terjaga dengan baik apabila kesadaran manusia sendiri sebagai pemimpin di permukaan bumi untuk menjaga dan merawat lingkungan sebagai tempat manusia itu berada.
Sikap manusia yang berpandangan bahwa alam merupakan objek yang bisa dikuras habis-habisan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya harus diubah bahwa alam ini harus dijaga dan dirawat, ditata dan dilestarikan sehingga akan menimbulkan etika yang bertanggung jawab terhadap keberadaan lingkungan (Taufiq, 2014).
Miris apabila kita melihat kondisi bumi pada saat ini, penuh kerusakan dimana-mana. Sedangkan Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, yang enggan untuk menjaga kelestarian bumi. Bisa jadi berbagai macam bencana alam yang terjadi merupakan salah teguran keras dari Allah untuk mengetuk hati manusia agar memperhatikan kelestarian lingkungan.
Pada sisi lain, kerusakan lingkungan dipicu oleh kesalahan manusia dalam memahami lingkungan. Pandangan yang mnegatakan bahwa manusia sebagai pusat dari alam semesta, sedangkan alam seisinya hanya sebagai pemuas bagi kepentingan mereka merupakan pikiran yang tidak proposional yang dapat mendorong munculnya sikap eksploitasi lingkungan secara berlebihan. Kesalahan cara pandang seperti itu akan menempatkan manusia bebas melakukan apa saja terhadap alam untuk memenuhi segala kebuAllahnya (Karim, 2017).
Manusia terlalu sibuk memanfaatkan alam untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, sampai-sampai mereka lupa bahwa mereka telah mengeksploitasi sumber daya alam dan merusak lingkungan. Hal inilah yang perlu kita sadari bersama, karena Allah menciptakan semesta ini untuk dijaga, dirawat dan dipelihara, bukan untuk dirusak apalagi dijadikan objek yang bisa diambil sesukanya.
Apapun agama kita, apapun keyakinan kita, pastilah disana mengajarkan tentang berbuat kebaikan. Baik itu kepada Allah, kepada sesama manusia, maupun kepada alam. Berbuat baik kepada Allah dengan beribadah sesuai tuntunan agama masing-masing, dan berbuat baik kepada manusia dengan suka memberi dan bersimpati kepada sesama, dimana hal ini wajib kita lakukan. Namun, sudahlah kita berbuat baik kepada alam?
Berbuat baik kepada alam tentu termasuk ke dalam satu perintah Allah yang juga harus kita laksanakan sebagai umat yang beragama. Allah telah menciptakan alam semesta ini untuk tempat tinggal manusia, untuk bernaung dan menabung amal demi kehidupan akhirat yang kekal, lalu pantaskah kita merusaknya?
Sebagai manusia, selayaknya khalifah di muka bumi ini, kita diberi amanah untuk menjaga dan merawat bumi agar tetap sempurna seperti yang Allah ciptakan jauh sebelum kita ada. Tidak harus langkah besar untuk merealisasikannya, cukup langkah kecil tetapi nyata adanya. Hal ini lebih baik dibandingkan hanya angan-angan besar tanpa kenyataan yang jelas. Karena jika bumi lestari, maka kita sebagai manusia juga akan tinggal di bumi dengan nyaman dan tenang sembari menunggu panggilan Allah. Save our eart, and the eart will save us.
Referensi:
Karim, Abdul. (2017). Mengembangkan Kesadaran Melestarikan Lingkungan Hidup berbasis Humanisme Pendidikan Agama. Jurnal Gea. 12(2), 309–330.
Taufiq, A. (2014). Upaya Pemeliharaan Lingkungan Oleh Masyarakat di Kampung Sukadana Kabupaten Lembang. Jurnal Edukasia. 14, 124–134.
1 Comments
kita sebagai manusia memang harus bijak merawat dan menjaga bumi ini
ReplyDelete