Kisahku || Cerpen 2020

Source: Pinterest.com


Cerpen 2020 - Kisahku.

Hai! Namaku Ranita. Cukup Ranita saja tidak ada tambahan lain. Aku ingin menceritakan tentang kisah hidupku. Hidup yang bagi orang lain aku tidak ada apa-apanya. Cih! Mereka bilang aku tidak ada apa-apanya, tapi lihat mereka yang lebih dari sampah menjelekkan orang lain.

Aku bekerja di sebuah toko elektronik yang cukup jauh dari tempat tinggalku, karena pekerjaanku yang bisa di bilang pulang hingga malam. Membuat omongan-omongan yang tidak-tidak tentangku. Di tambah lagi aku yang di antar jemput oleh pacarku sendiri.

Aku tinggal bersama ke dua Adikku. Jangan tanyakan kedua orang tua ku yang saat ini saja aku tidak tau dimana mereka. Ayah dan Ibu bercerai saat aku masih duduk di bangku SMK, mereka egois mementingkan diri sendiri.

Awalnya aku ikut bersama Ibu. Namun Ibu malah pergi bersama Laki-laki lain, setiap harinya aku merawat kedua Adikku tanpa seorang Ibu. Sampai akhirnya aku fikir Ibu akan menjaga kita lagi, aku salah telah berfikir seperti itu.

"Jaga Adik kamu baik-baik ya, Ran. Ibu pergi sebentar untuk biaya kita hidup." Aku yang saat itu hanya bisa patuh kepadanya. Jika kalian yang saat ini di posisiku. Apa yang kalian lakukan? Kalian pasti berfikir apa tidak ada keluarga yang lain? Nenek dan Kakekku sudah lama tiada dan untuk Saudara dari Ibuku sudah tidak pernah tau kabarnya.

Aku yang saat itu masih duduk di bangku SMK akhirnya memutuskan untuk berhenti, jika aku sekolah bagaimana nasib Adik-adikku. Mereka masih terlalu kecil saat itu. Dan aku memutuskan untuk bekerja saja, dari mulai mencuci pakaian orang lain sampai berjualan keliling.

Beranjak aku dewasa aku bertemu dengan Ridwan. Yang sekarang menjadi kekasihku, aku mengenalnya tidak sengaja saat aku kecelakaan kecil, saat itulah dia yang menolongku. Dia menghantarkan aku pulang, dia juga lah yang memberikan pekerjaan yang layak di toko temannya. Semenjak saat itu Ridwan sering kerumah ku, memberikan perhatian kepada Adik-adikku.

2 bulan dia selalu berkunjung ke rumahku, itu membuat tetangga tempat tinggalku menjelekkan aku.

"Liat tuh Ranita. Sama ya kaya Ibunya, suka bawa Laki-laki kerumahnya."
"Iya ya. Anak sekarang mah kalo gak ada orang tuanya suka bebas sendiri."
"Kalo gak Ibunya yang suka genit-genit sama Laki. Pasti kan, Bapaknya gak minta cerai."

Aku sudah biasa mendengar omongan seperti itu. Bukan urusanku untuk menjawabnya. Terkadang orang mempunyai otak namun, tidak mempunyai pikiran.

Ridwan bukanlah seperti itu, aku kenal sekali dengan dia, bukan karena dia pacarku. Bukan.
Aku juga dekat dengan keluarganya, meski pasti ada orang yang tidak suka denganku di keluarganya.

Aku menceritakan semua dengan Ibunya Ridwan tentang keluargaku. Dia menerima baik apa yang aku ucapkan, bahkan dia menyarankan ku untuk menemukan Ibu ku.

"Aku belum sanggup buat ketemu dengan Ibu."
"Jangan seperti itu, walau bagaimanapun dia tetap Ibu kandungmu."
"Tapi tidak tau dimana keberadaannya sekarang, Bu.,"
"Kita akan bantu kamu, Nak,"
"Makasih Bu, udah perduli dengan Ranita."

Bahkan aku lupa bagaimana caranya di perdulikan oleh Ibu dan Ayahku. Seakan mereka tidak membutuhkan aku lagi.

"Ranita aku akan kerumah mu malam ini,"
"Kenapa harus sekarang? Kamu tau kan ini jam berapa?"
"Aku tau, aku hanya bertemumu di depan pintu tidak masuk."
"Iyaudah."

Tidak biasanya dia senekat ini untuk kerumahku pasalnya sudah jam 23.00. Aku hanya tidak ingin mendapatkan cibiran dari tetangga lain.

Aku sudah menunggu dia sesuai dengan yang dia katakan.

"Aku menemukan Ibumu."
Deg! Aku terdiam untuk sesaat.
"Ibu?"
"Iya. Ibumu Ranita."
"Dimana dia? Bagaimana keadaannya? Apakah dia sehat?" Aku memborong semua pertanyaan, bohong jika aku tidak merindukannya. Aku sangat merindukan Ibu ku. Bahkan, sangat sangat angat sangat merindukannya.

"Besok kita akan pergi kesana. Dan ajak Adik-Adikmu juga."

Aku sangat terkejut saat Ridwan membawaku ke makam. Aku fikir dia hanya bercanda tapi saat dia mengantarkan aku tepat di depan sebuah nisan. Aku kehilangan kendali. Bagaimana mungkin?

Tertulis di nisan itu nama Ibuku. Annisia Putri bin Kadir. Setetes air mataku jatuh, Adikku pun sudah menangis sedari tadi.

"Ibumu meninggal 2 bulan lalu, dia mengalami kecelakaan. Bersama suaminya."
Aku dengar apa yang di katakan Ridwan.
Tapi aku diam, aku hanya menatap nisan itu duduk di sebelahnya.

"Ibu kamu jahat! Tapi aku merindukanmu. Sekarang lihat. Anak-anakmu sudah dewasa. Ada Amel dan Farhan. Mereka berdua yang Ibu titipkan kepadaku kan? Mereka sudah besar tanpa seorang Ibu."
Aku mencoba untuk tidak meneteskan air mata lagi.
"Aku sudah melupakannya. Dan aku sangat merindukanmu. Jika saja saat itu aku mencarimu tepat waktu. Mungkin takdir tidak seperti ini."

"Selamat tinggal Bu. Maafkan aku. Aku merindukanmu."

Karya: Desi Nurhidayati

Post a Comment

2 Comments

  1. Keren cerpennya..
    Ditunggu next updatenya kak😍

    ReplyDelete
  2. thanks for your information, dont forget to visit airlangga university website https://www.unair.ac.id/2022/05/18/mahasiswa-bahasa-dan-sastra-indonesia-terbitkan-kumpulan-cerpen-rona-merah/

    ReplyDelete