![]() |
Source: Halodoc.com |
Zahrapedia Artikel 2020 - Hipertensi merupakankeadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang dapat mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan, sehingga memberigejala berlanjut pada suatu target organ tubuh yang menimbulkan kerusakan lebihberat pada target organ bahkan kematian. Penyakit hipertensi timbul karena berbagai faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, usia, genetik dan faktor risiko yang dapat diubah seperti kegemukan, psikososial dan stress, merokok, olahraga, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam berlebih, dan hiperlipidemia.
Tekanan darah cenderung meningka tseiring bertambahnya usia, semakin bertambah usia kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas. Namun saat ini tidak menutup kemungkinan hipertensi diderita oleh orang berusia muda karena faktanya hipertensi bisa menyerang semua kelompok umur, termasuk usia muda di bawah 40-an tahun.
Harus diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita hipertensi secara adekuat, karena harga obat-obatan hipertensi yang tidaklah murah, obat-obat baru amat mahal, dan mempunyai banya kefek samping. Untuk alasan inilah pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi. Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari pengobatan hipertensi karena mampu memutus mata rantai penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya.
Pencegahan hipertensi sebenarnya dapat dilakukan mulai dari ibu kepada anaknya dengan cara menyusui. Menyusui adalah hal yang disarankan oleh semua lembaga kesehatan, baik nasional maupun internasional, karena manfaat yang diberikannya untuk kesehatan ibu dan anak. Hal ini telah dibuktikan bahwa ibu yang menyusui anaknya hanya sedikit yang menderita gangguan kardiovaskular termasuk hipertensi, daripada wanita-wanita yang tidak menyusui anaknya baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Pencegahan hipertensi juga bisa dilakukan dengan latihan aerobik karena dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan hipertensi. Direkomendasikan agar berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari per minggu selama minimal 12 minggu pada orang dewasa dengan hipertensi. Joint National Commite 8 (JNC 8), Lifestyle Work Group dan American Heart Association (AHA) merekomendasikan pasien hipertensi untuk terlibat dalam intensitas latihan aerobik moderat (40% sampai <60% VO2max) sedangkan JNC 7 tidak menentukan intensitas latihan. Contoh kegiatan aerobik dapat berupa berjalan, jogging, bersepeda, dan berenang setidaknya 30 menit per hari.
Ada juga beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui modifikasi gaya hidup yaitu dengan penurunan berat badan,penerapan perencanaan makan dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), pembatasan asupan garam NaCl, dan membatasi asupan alkohol. DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) dan AHA (2006) untuk pencegahan dan manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahnya serta kacang-kacangan. Diet ini mengandung tinggi kalium, fosfor dan protein sehingga perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.
Penelitian DASH di Indonesia telah dilakukan oleh Heryudarini Harahap (2009) dengan desain penelitian experimental clinicaltrial yang dilakukan 5 hari dalam seminggu selama 8 minggu. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kelompok DASH yang dimodifikasi untuk orang Indonesia disertai konseling berperan dalam penurunan berat badan sebanyak 3,7 kg dan penurunan tekanan darah 11,7/9,3 mmHg pada subjek prahipertensi yang kegemukan. Pasien prahipertensi disarankan untuk menerapkan dan mendapatkan konseling DASH diet.
Dua uji klinis besar menunjukkan bahwa pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan pemberian obat antihipertensi. Dalam penelitian TROPHY tahun 2008, 772 individu dengan tekanan darah sistolik antara 130 dan 139 mmHg atau tekanan darah diastolik antara 85 dan 89 mmHg secara acak diberi candesartan16 mg setiap hari atau plasebo, selain itu juga direkomendasikan untuk mengubah gaya hidupnya. Setelah 2 tahun, kejadian hipertensi 66% lebih rendah pada individu yang diobati dengan candesartan. Lalu selama 2 tahun berikutnyapengobatan diputus dan tekanan darah cenderung kembali ketingkat semula.13Dalam penelitian PHARAO tahun 2008, 1008 individu dengan tekanan darah sistolik dalam nilai yang sama dari penelitian TROPHY secara acak diberi ramipril 5 mg sehari atau tanpa pengobatan. Pasien ditindaklanjuti selama 3 tahun. Pengurangan risiko relatif untuk kejadian hipertensi adalah 34%.
Pencegahan hipertensi juga dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya autoimunitas. Selama beberapa tahun terakhir, telah jelas bahwa aktivasi sistem imun adaptif memainkan peran penting dalam pengembangan dan pemeliharaan hipertensi. Sebagai contoh, sebuah penelitian awal oleh White dan Grollman menunjukkan bahwa antigen pembuluh darah dan ginjal dikaitkan dengan hipertensi dalam model infark ginjal, hal tersebut menjadi dasar pemikiran bahwa autoimunitas adalah hal yang mendasar. Harrison dan rekan telah mengusulkan konsep bahwa stres fisiologis, termasuk tingginya angiotensin II, menyebabkan pelepasan antigen lokal yang pada akhirnya mengakibatkanaktivasi sistem kekebalan tubuh adaktif untuk mempertahankan hipertensi.
Selain itu, Rodriguez-Iturbe dan rekan tahun 2012 memberikan bukti kuat bahwa heat shock protein 70 merupakan antigen penting yang mengakibatkan aktivasi sistem kekebalan adaptif dan memberikan kontribusi untuk pengembangan hipertensi garamsensitif. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa aktivasi sistem kekebalan tubuh humoral dapat mengakibatkan patogenesis hipertensi baik melalui aktivasi antibodi spesifik atau antibodi penyakit autoimun sistemik.
Referensi:
Lisiswanti, Rika dan Dea Nur Aulia Dananda. (2016). Upaya Pencegahan Hipertensi. Jurnal Majority. 5(3), 50-54.
0 Comments