Perjalanan Mistis Jalur Pendakian Mt. Cikuray Via Kiara Janggot

Puncak Cikuray 2821 MDPL

Berawal dari sebuah perjalan panjang dari beberapa tempat yang berujung di jalur pendakian Mt. Cikuray via Kiara Janggot, yang mana sebelumnya tidak ada niatan ke jalur tersebut. Tujuan kami ialah melalui jalur pendakian via pamancar, namun ketika perjalanan menuju via pamancar banyak kendala yang begitu banyak salah satunya kami tidak tahu bahwa via pamancar itu berada jauh dari letak kami beristirahat kedua. Kami paksakan berangkat malam, sampai Garut sekitar pukul 23.30 dan bertepatan dengan malam jumat. 

Kemudian teman kami memberikan petunjuk contact person via pamancar, dan saya mencoba menghubunginya akan tetapi kami diambang keraguan yang begitu dalam. Lalu saya memutuskan untuk menelusuri jalur pendakian tersebut dan akhirnya kami tidak sampai kepada jalur pendakian tersebut melainkan mendapat jalur lain, yaitu tapak gerot. Seketika itu kami tidak berpikir panjang lagi dan langsung saja menuju jalur pendakian tersebut. Setelah sampai di jalur pendakian tapak gerot, kita disambut dengan baik dan disitu kami menemukan tulisan jalur pendakian tapak gerot ditutup. Kami merasa kecewa dan memutuskan untuk istirahat di basecamp tersebut untuk memikirkan kembali solusinya.

Via Tapak Gerot Ditutup

Keesokan harinya, kami sudah memutuskan untuk beranjak pergi dari persinggahan kami semalam. Setelah berdiskusi dengan teman yang lain, dan akhirnya kami pamit setelah makan sarapan pagi di basecamp via tapak gerot. Kami beranjak dari persinggahan menuju jalur pendakian yang lain yang berjarak tempuh kurang selama setengah jam. Hingga akhirnya sampailah kami di sebuah jalur pendakian via kiara janggot. Setelah sampai di basecamp kiara janggot, kami beristirahat kembali karena perjalanan yang memakan waktu dan diputar-putar oleh Google Maps yang hampir 3 kali bolak-balik jalan karena terlewat, salah arah, dan segala macam. 

Setelah beristirahat yang cukup, kami pun mulai bersiap untuk mendaki menuju puncak. Kami start dari basecamp sekitar kurang lebih jam 00.55 pada hari jumat. Kami berangkat dengan tekad kuat, fisik sehat dan juga persediakan logistik yang cukup. Ketika menuju pos 1, kami tidak menemui masalah karena posisi kita masih terang, dan lumayan jarak dari basecamp menuju pos 1 itu sangat jauh kurang lebih sekita 1 jam. Selama perjalanan, kami bertemu dengan pendaki-pendaki lain yang hendak turun setelah dari puncak. Kami pun menyapa dan bertanya. 

“Turun mas? Dari mana??” 

“Iya mas, kami dari Jakarta, masnya dari mana??” 

“Cirebon, mas.” 

“Mantap! Semangat mas, hati-hati di jalan.” 

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos 2 yang jaraknya lumayan. Tapi, tidak begitu jauh dari pos 1 menuju pos 2. Setelah sampai di pos 2, kami bertemu kembali dengan pendaki lain yang sama, mereka hendak turun ke basecamp dan kami pun menanyakan kembali. 

“Turus mas??” 

“Iya mas” 

“Gimana, di atas rame?” 

“Rame mas, lumayan. Tapi hati-hati aja banyak bagas (babi ganas) di atas, terutama dipos 7 dan 8 sama di puncak, kalo bawa makanan yang berbau amis seperti sarden mending dimasak atau dimakan di jalan aja mas soalnya khawatir nanti tendanya diserang.” 

“Oalah, gitu ya mas, kami soalnya bawa sarden 2 kaleng mas, ya sudah mas terimakasih atas infonya.” 

Akhirnya kami memutuskan untuk memakan dan memasak terlebih dahulu makanan yang berbau amis untuk antisipasi serangan bagas (babi ganas). Akhirnya kami makan di pos 2 tersebut,dan kebetulan persediaan air kami menitipis lalu kami pun dibagi tugas, sebagian ada yang mengambil air ke sumber air yang berada dibawah sebelah kanan pos 2, dan sebagian lagi ada yang memasak. 

Setelah selesai semua, kami packing kembali dan melanjutkan perjalanan menuju pos 3 yang katanya ada bonusnya, maksudnya jalan datar sampai pos 4. Namun ketika kita sampai ke pos 3, hasilnya zonk yang ada malah agak terjal dan kami pun merasa kecewa dan mulai lemas. Akan tetapi dari salah satu anggota kami memberikan semangat kepada anggota lain untuk tidak putus asa, akhirnya kita melanjutkan kembali dan sampailah di pos 4 dan memutuskan untuk beristirahat kembali karena melihat anggota sudah banyak yang kelelahan. 

Setelah pos 4 dilalui, menuju pos 5 yang agak terjal dan jalur nya pun menggunakan weibing (tali untuk mendaki). Di jalurnya disediakan tali untuk para pendaki yang naik maupun yang turun. Setelah melewati pos 5 kami pun mulai kehausan sedangkan persediaan air kami minim. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk lanjut ke pos selanjutnya yaitu pos 6 dimana kata raider di basecamp itu ada air sumberan lagi. Namun, apa yang kita cari tidak ketemu karena hari sudah larut malam, sehingga tidak kelihatan dan akhirnya kami berusaha untuk menelpon basecamp, untung-untungan saja ada sinyal. Setelah diberi petunjuk saya dan teman saya dua orang memutuskan untuk mengambil air ke sumberan yang dimaksud oleh raider basecamp tersebut. Selama perjalanan turun, kami berfirasat tidak mengenakkan karena melihat sebuah bayangan hitam yang sekilas di depan mata. Kemudian setelah bayangan hitam itu sudah tidak nampak lagi. Kita bertiga disasarkan entah ke luar jalur pendakian dan melihat sesosok pendaki berbaju merah dan cerril merah, akan tetapi dia tidak berada di jalur pendakian melainkan berada jauh dari jalur pendakian itu, dia berada di hutan hutan. Seketika kitu kami langsung membacakan sholawat Nabi dan beristighfar. Setelah semua kami lewati, akhirnya kami menemukan jalur pendakian kembali dan kembali kepada anggota yang lain yang sudah menunggu air minum. 

Setelah mendapatkan persediaan air yang cukup banyak, kami melanjutkan kembali menuju pos 7 yang mana itu sebuah simpang dua yang mempertemukan jalur pendakian via pamancar dan via kiara janggot. Setelah melewati pos 7, beranjak lagi menuju pos 8 yang merupakan sebuah area camp bagi para pendaki. Kami pun mendirikan tenda di pos 8 dan beristirahat untuk mendapatkan sunrise dipagi hari. Akan tetapi ketika kami hendak beristirahat, gangguan bagas (babi ganas) pun tidak terhindarkan dan saya beserta teman setenda menjaga tenda perempuan yang mana tenda tersebut tepat berada di belakang bagas tersebut. Sekitar jam 03.00 dini hari bagas pun sudah tidak menggangu lagi, akhirnya saya dan teman-teman lain beristirahat dengan tenang.

Samudra Awan Puncak Mt. Cikuray

Keesokan harinya kami beranjak untuk menuju puncak dan menikmati indahnya pemandangan Mt. Cikuray dengan samudra awannya yang begitu memukau hati setelah perjuangan dan perjalanan yang agak mistis dan melelahkan. Akan tetapi semua itu terbayarkan oleh pemandangan samudera awan Mt. Cikuray dengan ketinggian 2821 MDPL. 

Story by: Aa Ary

Post a Comment

1 Comments