Apa kabarnya? Semoga baik-baik aja, ya. Oh iya, jangan lupa selalu jaga kesehatan, karena dalam keadaan pandemi seperti ini. kita harus benar-benar memperhatikan kesehatan kita. Konsumsi makanan yang bergizi, olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup. Serta jangan lupa, tetap berpikir positif dan jangan panik, ya.
Kali ini aku akan mencoba berbagi cerita, ini merupakan true story yang pernah aku alami dalam hidupku. Semoga dapat menginspirasi para pembaca dimana pun kalian berada, ya. :)
Ini kisahku...
![]() |
Source: Pinterest.com |
Ini kisahku...
Kenalin nama aku Flora (nama ini sengaja aku samarkan karena aku emang ngga PD-an orangnya).
Hmmm... Singkat cerita, aku bersekolah di sebuah SMA Negeri di Kabupaten "A". Orang-orang bilang sekolah tempat aku menimba ini merupakan sekolah SMA Negeri terbaik ketiga di Kabupaten "T". Fyi, aku memilih sekolah ini karena cukup dekat dari rumahku, kurang lebih 3 km, ya. Sengaja pilih yang dekat, jadi aku bisa berangkat sekolah dengan naik sepeda.
Waktu aku menjadi siswa baru, pas itu juga Pemerintah sedang gencar-gencarnya menerapkan Kurikulum K13. Jadi, pas waktu semester 1 di angkatanku, sekolahku menerapkan Kurikulum K13, sedangkan pas semester 2 hingga aku lulus menggunkan KTSP. But, tidak berpengaruh buat aku dan aku tetap membawa enjoy aja. Hehe.
Aku mengambil jurusan IPA, dan Alhamdulillah aku punya teman-teman yang sangat baik dan super friendly. Otomatis aku jadi senang juga belajarnya. Namun prestasiku di SMA, terbilang biasa-biasa saja. Aku bahkan pernah mendapat ranking di urutan puluhan (tepatnya aku lupa, seingatku hanya di atas 20). Pernah sekali aku mendapatkan ranking 2, ini percapaian maksimalku selama SMA.
Fyi, aku lulus pada tahun 2017.
Sebenarnya aku tahu kalau nilai raport itu bisa digunakan untuk mendaftar ke Universitas, lebih tepatnya melalui jalur SNMPTN. Namun, apa daya aku tidak bisa berharap terlalu banyak untuk diterima melalui jalur SNMPTN karena memang nilaiku yang pas-pas. Tapi, aku tetap mencoba mendaftar karena arahan dari guru BK. Aku tetap yakin, sangat kecil kemungkinannya.
Dan benar aja. saat pengumuman perankingan di tingat sekolah, "Mohon maaf, Anda tidak dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya" (kurang lebih seperti itulah hasil pengumumannya). Aku cukup down, namun tidak berlarut-larut karena memang sejak awal aku tidak menaruh harapan lebih kepada SNMPTN, jadi sejak awal naik kelas 12, aku sudah sedikit banyak belajar tentang materi untuk tes SBMPTN. (Kegagalan 1)
Dari sini SNMPN sudah gagal. Selanjutnya, ada tawaran dari guru BK untuk mengikuti seleksi jalur SPAN-PTKIN. Apa itu SPAN-PTKIN? Ini semacam jalur yang mirip SNMPTN, namun khusus untuk masuk Perguruan Tinggi Islam Negeri (UIN, IAIN, STAIN). Akupun merimanya, karena pada prinsipku, aku dapat berjuang melalui banyak jalan, siapa tahu disana ada rejeki untukku. Akupun dengan senang menerimanya, akhirnya aku mendaftar dan aku memilih 2 Universitas dengan 1 jurusan yang sama, Pilihanku jatuh pada Universitas di Jawa Tengah dan Tangerang. Dan lagi-lagi, terjadi penolakan. Aku sempat kecewa saat itu, namun aku yakin pasti Allah akan memberikan jalan. (Kegagalan 2)
Akhirnya ayah memintaku untuk mencoba mendaftar di salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan. Aku terpaksa menuruti permintaan beliau, namun aku sebenarnya tidak PD, karena aku tahu sainganku pastu berat dan kemampuanku hanya secuil saja, apalagi ini PTK, semakin minder saja rasanya).
Namun ayah membelikan aku buku untuk bekal belajar, akupun mencoba belajar dengan ikhlas, siapa tahu saja ini rejekiku.
Skenario Allah memang terbaik. Aku tidak lulus dalam seleksi tahap pertama ini, otomatis aku gugur untuk ke tahap selanjutnya. Baik, tidak apa-apa. (Kegagalan 3)
Selepas itu, aku mencoba daftar SBMPTN. aku menaruh pilihan pada 1 jurusan yang sama saat aku mendaftar SNMPTN dan 1 jurusan yang masih linier dengan pilihanku sebelumnya. Saat itu aku memilih panlok di Kota Malang, tepatnya di UMM. Alhamdulillah tes berjalan lancar. Namun, lagi-lagi terjadi penolakan. Yaa Allah...
Aku sangat down saat itu, air mata juga tidak dapat dielakkan. Bahkan, rasa sakit dan kecewa itu masih terasa hingga sekarang. Mungkin belum rejeki. (Kegagalan 4)
Lalu aku memikirkan jalan keluarnya...
Aku memlilih mendaftar mendiri di salah satu Universitas Negeri di Jawa Tengah berbekal nilai SBMPTN yang aku tak tahu entah berapa skornya (karena memang tidak diumumkan). Fyi, saat itu beberpa Universitas menggunakan nilai SBMPTN untuk menyeleksi pada jalur mandiri.
Aku berusaha optimis. Jurusan yang aku ambil juga tetap istiqomah seperti saat aku mendaftar SBMPTN.
Kenapa, sih, gak ganti aja??
Karena passion aku disana, aku bercita-cita masuk jurusan itu sejak SMP. Dulunya ingin masuk kampus TOP 3 di Jawa Timur, namun apa daya kemampuanku pas-pasan, jadi aku lebih realtistis saja dalam memilih kampus.
Lalu bagimana hasilnya?
Lagi-lagi Allah belum merestui pilihanku saat itu. Kenyataan pahit harus aku terima, karena sampai saat itu aku belum mendapatkan tempat untuk berkuliah di saat teman-temanku susah diterima di kampus impiannya. Aku hanya bisa menangis meratapi nasib. Mungkin Allah punya rencana yang terbaik. (Kegagalan 5)
Hal ini membuat aku dan ibuku terpukul. Ayah menyarankan aku untuk mendaftar di sala satu Universitas Swasta di Surabaya, namun aku menolak dengan alih-alih aku tidak minat dan biaya yang mahal (baik biaya kuliah maupun biaya hidup).
Saat itu tibalah pembukaan pendaftaran UM-PTKIN. UM-PTKIN itu apa? Jadi dia merupakan seleksi jalur tes untuk masuk ke Universitas Islam Negeri. Pasti kalian tahu kalau disini bakal ada soal-soal yang berbau agama? Ya, soalnya tak jauh beda dengan SBMPTN, namun ada beberapa tambahan seperti wawasan keislaman dan juga Bahasa Arab.
Yakin mau daftar? Kan kamu dari SMA?
Memang aku dari SMA dan kemampuan agamaku juga minim, namun aku yakin Allah pasti memberi jalan, dan Allah pasti tidak akan menguji di luar batas mampu hamba-Nya. Berbekal kemampuan agama dan sedikit Bahasa Arab yang aku dapatkan saat MI-MTs, aku meyakinkan diri untuk mendaftar UM-PTKIN ini. Dan aku mengambil jurusan dan Universitas yang sama persis dengan pilihanku saat mendaftar SPAN-PTKIN,
Alhamdulillah, karena aku tidak perlu jauh-jauh ke luar kota untuk mengikuti tes. Aku bisa tes di kota asalku, betapa senangnya aku.
Hari itu aku tes di sebuah Universitas Islam di kotaku. Aku berangkat pagi-pagi bersama teman masa kecilku waktu masih MI, dia juga sama-sama akan melakukan tes.
Alhamdulillah, tes berjalan dengan lancar dan aku optimis akan hasil tes kali ini.
Aku sempat ada gesekan dengan orangtua, karena orangtua ingin aku gapyear dan mendaftar lagi tahun depan. Namun aku tidak mau dengan alasan tidak mau menganggur. Lagi-lagi orangtua berdalih akan menyediakan les khusus untuk masuk Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) sembari menunggu waktu pendaftaran kuliah tahun depan. Namun hatiku dengan jelas menolak, karena aku tidak suka itu dan itu bukan tidak sejalan dengan passion-ku. Aku tetap pada keputusanku untuk menjadi insan pendidik dan tetap menunggu pengumuman UM-PTKIN,
Dan Alhamdulillah...
Saat itu, bulan Ramadhan, tiba lah pengumuman UM-PTKIN.
"Selamat kamu diterima di Universitas .... pada Jurusan ... , silakan lengkapi berkas dengan mengikuti panduan pada masing-masing Universitas"
Alhamdulillah... betapa bersyukur dan bahagianya aku, akhirnya perjuanganku berbuah manis. Orangtuaku sangat senang karena akhirnya aku anaknya diterima di salah satu kampus negeri.
Aku tidak menyangka aku akan diterima disini, karena memang dari awal aku tidak pernah terpikirkan akan diterima di Universitas ini. Tapi tak apa, selagi di jurusan aku impikan, aku akan menjalinya dengan sepenuh hati dan usahaku.
Skenario-Nya memang terbaik. Kita tidak tahu teka-teki apa yang terjadi di balik skenario itu.
Kita tidak tahu doa mana dan usaha yang keberapa yang Allah kabulkan, tugas kita hanya satu, memperbanyak keduanya.
Kita tidak gagal, hanya saja kita belum menang.
Kita harus berusaha lebih untuk mendapatkan kemenangan itu.
Usahalah dan banyaklah berdoa, selepas itu biar Allah yang menetukan.
Allah Maha Bijaksana, sehingga Dia tahu apa-apa yang baik dan apa-apa yang buruk untuk kita.
Dear adek-adekku yang beberapa kali ditolak oleh Universitas...
Kamu boleh bersedih dan kecewa, namun jangan pernah kamu berputus asa.
Gagal? Coba lagi.
Jatuh? Bangkit lagi.
Jangan risau bila kamu terlampau sering gagal, jangan perdulikan kegagalanmu, teruslah fokud untuk mencapai garis finish-mu.
Jangan risau bila kamu terlampau sering gagal, jangan perdulikan kegagalanmu, teruslah fokud untuk mencapai garis finish-mu.
Usahamu pasti akan berbuah manis, hanya sabar dan ikhlas yang perlu kamu perbanyak.
Sabar menerima kenyataan dan ikhlas merima ketentuan Allah.
Semoga kisahku ini dapat mengispirasi adek-adek semuanya.
Pesanku, jangan menyerah, ya.
Masuk Universitas idamanmu merupakan satu langkah awal yang cukup berat, namun percayalah, setelah terjun di dalamnya akan lebih banyak cobaan dan tantangan yang tentunya harus dilalui dengan pikiran yang tenang dan kebesaran hati.
So, be strong person.
Btw, Flora minta doanya ya karena saat ini sudah semester akhir dan sedang mengajukan judul skripsi. Doakan lancar ya, teman-teman. ^^
Salam manis dariku,
Mahasiswa semester akhir.
True story ini dikirimkan oleh Anonim, yang merupakan salah satu pembaca setia Zahrapedia.
0 Comments