Cerpen - Best Friend Forever

Dia, "Luna" gadis belia yang cuek abis dengan penampilannya. Luna selalu berpenampilan berantakan dengan rambut di cepol ke atas, baju seragam yang hanya dikeluarkan, juga sepatu hitam yang lusuh akibat setiap hari sepatu itu harus berpanas-napasan mengikuti arah langkah pemiliknya dan terkena hujan. Tapi Luna gadis belia yang pintar, dia sangat cepat menangkap pelajaran. Makanya itu sekali pun penampilannya biasa tapi otak dia luar biasa pandai.

Mau gak mau, teman-temannya selalu ingin duduk bersama Luna di kelas dan saat istirhat. Tapi Luna lebih senang menyendiri. Tak peduli mau punya teman atau tidak karena dandanan yang instan.

Luna gadis biasa dari keluarga sederhana. Dia memiliki adik, yang duduk di bangku kelas 2 SMP. Adiknya bernama "Lita." Sedangkan Luna duduk di bangku kelas 2 SMA. Di keluarganya, Luna sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya karena ayahnya telah meninggal sejak Luna kelas 3 SMP. Makanya Luna selesai pulang sekolah langsung membantu ibunya menjaga warung makannya "Warteg Sego" nama warteg itu dari ayahnya saat masih bersama mereka.
Saat Lita butuh bantuan, dengan cepat Luna membantu membimbing adiknya belajar sambil menjaga warung.

"Kak Luna, bantu aku kerjakan tugas biologi dong," kata Lita.

"Emang kamu enggak bisa dek? Ujarnya Luna.

"Susah kak. Bantu Lita cari jawabannya kak. Karena soal esaynya banyak." Ucap adiknya, Lita.

Dan Luna dengan senang hati duduk disamping adiknya, membimbingnya hingga tugas adiknya selesai dengan baik.

Mereka begitu akur satu sama lain. Dan jarang ibunya melihat mereka bertengkar. Karena Luna termasuk kakak yang sering mengalah. Enggak salah kalau dia memiliki hati yang baik. Sekalipun cuek. Tapi enggak cuek dengan sesamanya. Hanya penampilan yang dia begitu masa bodoh.

Ibunya, Luna, tak pernah berkata kasar terhadap anak-anaknya dari mereka bayi hingga remaja. Ibu sangat menjaga kami. Dan kini Luna yang harus menjaga kepercayaan ibunya juga keluarganya. 
Pagi yang cerah, mata terbuka dengan lebar, melihat jendela sudah mempersilahkan angin untuk berhembus ke ruang kamarnya.

Sepertinya cuaca mendung. Kalau sudah mendung gini, Luna sering malas untuk bersiap sekolah. Tapi demi ilmu dan masa depannya dia harus mengejar semua masa depan dan cita-citanya. Agar dapat membahagiakan ibu, serta menyekolahkan adiknya ke perguruan tinggi dan menjadi dokter.
Bersiap mandi. Dan ada yang menyerobotnya masuk duluan ke kamar mandi. Luna melotot dan seketika menarik baju adiknya cepat.

"Apaan kamu, dek. Main serobot masuk aja. Kan kakak yang sudah duluan. Kakak ada piket di sekolah. Kali ini aja, kamu ngalah ya!"

"Kak, aku bukan enggak mau ngalah. Tapi aku janji sama teman aku mau datang lebih pagi ke sekolah." Ucapnya.

"Emang ada apa si, harus pagi banget ke sekolah?"

Saat ibunya melihat, Luna dipanggil untuk mengambil segelas air yang ada di kendi yang terbuat daru tanah liat. Kendi tempat meraka mengambil air bersih.
Lalu ibunya hanya berkata, "nak, kamu harus mengalah ya sama adikmu. Kalian harus selalu jaga kerukunan antar saudara.

"Iya, bu. Bukan enggak mau ngalah, tapi Luna ada piket di sekolah."

"Iyaa, sabar nak." Ucap ibu.

Enggak lama adiknya keluar. Dia cepat-cepat masuk dan segera mandi.
Keduanya berangkat sekolah, lalu segera mencium tangan ibunya terlebih dahulu dan berpamitan.

Sampainya di sekolah, Luna duduk di kelas seorang diri. Enggak lama bel sekolah bunyi dan anak-anak siap belajar. Sedang sibuk mengeluarkan buku matematika. Gurunya pun keluar sebentar dan masuk kembali dengan murid baru yang dibawanya.

"Selamat pagi anak-anak. Kali ini ibu akan mengenalkan teman baru kalian. Pindahan dari luar kota."

Tiba-tiba suasana sedikit gaduh. Terutama para anak laki-laki. Sebab, murid barunya cewek dan cantik, serta memiliki kulit yang kinclong. Sepertinya anak baru itu, bukan anak orang biasa-biasa saja. Dan setelah memperkenalkan diri, anak baru itu duduk di depan barisan kursi Luna.

Anak baru itu bernama "Jani." Saat akan mengikuti pelajaran, dia tidak memiliki buku paket sebab stok dari sekolah kosong. Dan dibantu oleh teman d isebelahnya dengan membagi bukunya, diletaknya ditengah-tengah mereka.

Istirahat bel sekolah berbunyi.

Hanya ada Luna di dalam kelas itu. Dan Jani bingung harus kemana. Dia hanya duduk, sembari catat ketertinggalan dari buku teman sebelahnya. Saat lihat itu, Luna mendatanginya.

"Hai..., kamu kenapa enggak istirahat?" Ucap Luna.

"Aku bingung mau ke kantin dengan siapa, teman sebangku aku saja, sudah duluan keluar tadi." Katanya, sambil menatap arah pintu luar.

"Ayo, aku temani kamu ke kantin," ucap Luna.

Dan mereka berjalan ke kantin. Anak baru yang bernama Jani, membeli siomay. Dan dia menanyakan pada Luna.

"Kamu enggak jajan?" Tanya Jani.

"Enggak, aku sudah biasa." Kata Luna.

Lalu Jani, berdiri dan memesan satu piring lagi untuk Luna. Saat dia membawa piring yang berisi siomay. Anak laki-laki mulai mengajaknya kenalan. Dan tiba-tiba dihalang sama Luna. Sebab jam istirahat sudah mepet.

"Woi, kalian kalau mau kenal Jani, kenapa enggak dari tadi aja si. Orang mau makan, lo pada mau kenalan." Tegas Luna.

Tiba-tiba anak laki-laki yang mengajaknya kenalan pun pergi.

Bel istirahat selesai dan mereka segera masuk kelas. Enggak lama Luna menyolek Jani yang sudah mulai duduk di kursinya.

"Eh, Jani. Makasih ya traktirannya," ucap Luna.

"Iya sama-sama, Luna." Sahut Jani.

Saat bel pulang. Jani sudah ditunggu supirnya di luar pagar sekolah. Dan Jani melihat Luna yang sedang berjalan kaki sendiri.

"Hai, Lun, jalan sendiri aja. Yuk, bareng aku pulangnya." Kata Jani.

Dan Luna menolak. Dia tak enak, baru kenal langsung ikut numpang pulang bersama Jani.

Sampainya Luna di rumah, dia juga menceritakan pada ibu dan adiknya, kalau dia memiliki teman baru. Dan ibunya hanya mengingatkan, sekali pun teman baru mu orang kaya, tapi kamu tidak boleh iri hati dan terbawa pergaulan yang buruk. Tetap banyak membantu, yang perlu dibantu.

Berjalannya waktu Luna dan Jani menjadi sahabat. Bahkan mereka sering main kerumah masing-masing mereka. Sungguh menyenangkan, karena mereka tidak menunjukan saling egois. Sekalipun Jani kaya sedangkan Luna anak yang luar biasa pintar dikelasnya bahkan satu sekolah.

Berjalannya waktu, saat mereka harus berpisah karena Jani seorang anak dari pejabat tinggi di daerah luar jawa. Jadi Jani harus pindah sekolah lagi. Dan meninggalkan sahabatnya. Tapi Jani memberikan hadiah yang bisa membawa Luna agar tidak putus hubungan persahabatan dengan Jani.

"Luna, aku punya hadiah perpisahan untuk kamu," ucap Jani.

Saat Luna menerima dan membuka isi kotaknya ternyata isinya, handphone android tipe baru. Tapi Luna tak ingin menerimanya karena harga hape itu pasti mahal.

Jani, menolak mengambilnya kembali. Dia tetap ingin persahabatannya dengan Luna tetap berjalan, walau jauh. Dan setelah Luna terpaksa menerima hadiah itu. 
Tidak lama mereka berpelukan dan saling meneteskan air mata, sebab harus berpisah jarak.

Luna selalu berpenampilan berantakan dengan rambut di cepol ke atas, baju seragam yang hanya dikeluarkan, juga sepatu hitam yang lusuh akibat setiap hari sepatu itu harus berpanas-napasan mengikuti arah langkah pemiliknya dan terkena hujan.

Tapi Luna, gadis belia yang pintar, dia sangat cepat menangkap pelajaran. Makanya itu sekali pun penampilannya biasa tapi otak dia luar biasa pandai.
Mau gak mau, teman-temannya selalu ingin duduk bersama Luna di kelas dan saat istirhat. Tapi Luna lebih senang menyendiri. Tak peduli mau punya teman atau tidak karena dandanan yang instan.

Luna gadis biasa dari keluarga sederhana. Dia memiliki adik, yang duduk di bangku kelas 2 SMP. Adiknya bernama "Lita." Sedangkan Luna duduk di bangku kelas 2 SMA. Di keluarganya, Luna sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya karena ayahnya telah meninggal sejak Luna kelas 3 SMP. Makanya Luna selesai pulang sekolah langsung membantu ibunya menjaga warung makannya "Warteg Sego" nama warteg itu dari ayahnya saat masih bersama mereka. Saat Lita butuh bantuan, dengan cepat Luna membantu membimbing adiknya belajar sambil menjaga warung.

"Kak Luna, bantu aku kerjakan tugas biologi dong," kata Lita.

"Emang kamu enggak bisa dek? Ujarnya Luna.

"Susah kak. Bantu Lita cari jawabannya kak. Karena soal esaynya banyak." Ucap adiknya, Lita.

Dan Luna dengan senang hati duduk disamping adiknya, membimbingnya hingga tugas adiknya selesai dengan baik.

Mereka begitu akur satu sama lain. Dan jarang ibunya melihat mereka bertengkar. Karena Luna termasuk kakak yang sering mengalah. Enggak salah kalau dia memiliki hati yang baik. Sekalipun cuek. Tapi enggak cuek dengan sesamanya. Hanya penampilan yang dia begitu masa bodoh.

Ibunya, Luna, tak pernah berkata kasar terhadap anak-anaknya dari mereka bayi hingga remaja. Ibu sangat menjaga kami. Dan kini Luna yang harus menjaga kepercayaan ibunya juga keluarganya. 
Pagi yang cerah, mata terbuka dengan lebar, melihat jendela sudah mempersilahkan angin untuk berhembus ke ruang kamarnya.

Sepertinya cuaca mendung. Kalau sudah mendung gini, Luna sering malas untuk bersiap sekolah. Tapi demi ilmu dan masa depannya dia harus mengejar semua masa depan dan cita-citanya. Agar dapat membahagiakan ibu, serta menyekolahkan adiknya ke perguruan tinggi dan menjadi dokter.
Bersiap mandi. Dan ada yang menyerobotnya masuk duluan ke kamar mandi. Luna melotot dan seketika menarik baju adiknya cepat.

"Apaan kamu, dek. Main serobot masuk aja. Kan kakak yang sudah duluan. Kakak ada piket di sekolah. Kali ini aja, kamu ngalah ya!"

"Kak, aku bukan enggak mau ngalah. Tapi aku janji sama teman aku mau datang lebih pagi ke sekolah." Ucapnya.

"Emang ada apa si, harus pagi banget ke sekolah?"

Saat ibunya melihat, Luna dipanggil untuk mengambil segelas air yang ada di kendi yang terbuat dari tanah liat. Kendi tempat meraka mengambil air bersih.
Lalu ibunya hanya berkata, "nak, kamu harus mengalah ya sama adikmu. Kalian harus selalu jaga kerukunan antar saudara.

"Iya, bu. Bukan enggak mau ngalah, tapi Luna ada piket di sekolah."

"Iyaa, sabar nak." Ucap ibu.

Enggak lama adiknya keluar. Dia cepat-cepat masuk dan segera mandi.
Keduanya berangkat sekolah, lalu segera mencium tangan ibunya terlebih dahulu dan berpamitan.

Sampainya di sekolah, Luna duduk di kelas seorang diri. Tidak lama bel sekolah bunyi dan anak-anak siap belajar. Sedang sibuk mengeluarkan buku matematika. Gurunya pun keluar sebentar dan masuk kembali dengan murid baru yang dibawanya.

"Selamat pagi anak-anak. Kali ini ibu akan mengenalkan teman baru kalian. Pindahan dari luar kota."

Tiba-tiba suasana sedikit gaduh. Terutama para anak laki-laki. Sebab, murid barunya cewek dan cantik, serta memiliki kulit yang kinclong. Sepertinya anak baru itu, bukan anak orang biasa-biasa saja. Dan setelah memperkenalkan diri, anak baru itu duduk di depan barisan kursi Luna.

Anak baru itu bernama "Jani." Saat akan mengikuti pelajaran, dia tidak memiliki buku paket sebab stok dari sekolah kosong. Dan dibantu oleh teman di sebelahnya dengan membagi bukunya, diletaknya ditengah-tengah mereka.

Istirahat bel sekolah berbunyi.

Hanya ada Luna di dalam kelas itu. Dan Jani bingung harus kemana. Dia hanya duduk, sembari mencatat ketertinggalan dari buku teman sebelahnya. Saat lihat itu, Luna mendatanginya.

"Hai..., kamu kenapa enggak istirahat?" Ucap Luna.

"Aku bingung mau ke kantin dengan siapa, teman sebangku aku saja, sudah duluan keluar tadi." Katanya, sambil menatap arah pintu luar.

"Ayo, aku temani kamu ke kantin," ucap Luna.

Dan mereka berjalan ke kantin. Anak baru yang bernama Jani, membeli siomay. Dan dia menanyakan pada Luna.

"Kamu enggak jajan?" Tanya Jani.

"Enggak, aku sudah biasa." Kata Luna.

Lalu Jani, berdiri dan memesan satu piring lagi untuk Luna. Saat dia membawa piring yang berisi siomay. Anak laki-laki mulai mengajaknya kenalan. Dan tiba-tiba dihalang sama Luna. Sebab jam istirahat sudah mepet.

"Woi, kalian kalau mau kenal Jani, kenapa enggak dari tadi aja si. Orang mau makan, lo pada mau kenalan." Tegas Luna.

Tiba-tiba anak laki-laki yang mengajaknya kenalan pun pergi.

Bel istirahat selesai dan mereka segera masuk kelas. Enggak lama Luna menyolek Jani yang sudah mulai duduk di kursinya.

"Eh, Jani. Makasih ya traktirannya," ucap Luna.

"Iya sama-sama, Luna." Sahut Jani.

Saat bel pulang. Jani sudah ditunggu supirnya di luar pagar sekolah. Dan Jani melihat Luna yang sedang berjalan kaki sendiri.

"Hai, Lun, jalan sendiri aja. Yuk, bareng aku pulangnya." Kata Jani.

Dan Luna menolak. Dia tak enak, baru kenal langsung ikut numpang pulang bersama Jani.

Sampainya Luna di rumah, dia juga menceritakan pada ibu dan adiknya, kalau dia memiliki teman baru. Dan ibunya hanya mengingatkan, sekali pun teman baru mu orang kaya, tapi kamu tidak boleh iri hati dan terbawa pergaulan yang buruk. Tetap banyak membantu, yang perlu dibantu.

Berjalannya waktu Luna dan Jani menjadi sahabat. Bahkan mereka sering main kerumah masing-masing mereka. Sungguh menyenangkan, karena mereka tidak menunjukan saling egois. Sekalipun Jani kaya sedangkan Luna anak yang luar biasa pintar dikelasnya bahkan satu sekolah.

Berjalannya waktu, saat mereka harus berpisah karena Jani seorang anak dari pejabat tinggi di daerah luar jawa. Jadi Jani harus pindah sekolah lagi. Dan meninggalkan sahabatnya. Tapi Jani memberikan hadiah yang bisa membawa Luna agar tidak putus hubungan persahabatan dengan Jani.

"Luna, aku punya hadiah perpisahan untuk kamu," ucap Jani.

Saat Luna menerima dan membuka isi kotaknya ternyata isinya, handphone android tipe baru. Tapi Luna tak ingin menerimanya karena harga handphone itu pasti mahal.

Jani, menolak mengambilnya kembali. Dia tetap ingin persahabatannya dengan Luna tetap berjalan, walau berjarak jauh. Dan setelah Luna terpaksa menerima hadiah itu. Tidak lama mereka berpelukan dan saling meneteskan air mata, sebab harus berpisah jarak.

Karya Angelita

Post a Comment

0 Comments