Bersosial di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 yang menjadi ancaman bagi seluruh dunia, menebar ketakutan dan kewaspadaan akan virus berbahaya ini. Tercatat lebih dari seratus negara terisolasi secara sosial, ekonomi melemah, kondisi politik yang semakin tidak menentu, hilangnya efektifitas komunikasi sosial secara langsung dan ancaman berita hoax yang sangat meresahkan seluruh lapisan masyarakat dunia.

Tercatat hampir lima bulan sejak virus ini menginfeksi penduduk wuhan untuk pertama kali, banyak sekali perubahan yang tercipta dari yang positif hingga negatif. Organisasi kesehatan dunia juga mencatat meningkatnya tingkat kesadaran manusia akan hidup sehat dan bersih, kualitas udara pun membaik, hal itu dapat kita jumpai diberbagai pemberitaan cetak maupun online. Adanya sosial distancing, work from home (WFH) serta learn from home (LFH) yang diterapkan di berbagai negara sebagai usaha pemutus penyebaran inveksi virus, salah satunya Indonesia.


Ilustrasi: Bersosialiasi secara langsung kini berganti melalui media sosial karena adanya pandemi covid-19
Source: Kompasiana.com

Usaha untuk memerangi pandemi virus ini terus digalangkan dengan berbagai cara. Mulai dari peningkatan mutu kualitas bersosial di media sosial, hal itu merupakan suatu hal yang menarik untuk diulas. Bagaimana sikap serta sifat gotong royong serta guyup rukun dan bersatu untuk berjuang bersama sangat berkembang di sosial media. Para influencer, artis, seniman serta masyarakat yang memiliki nilai pengikut lebih di media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube memberikan kontribusinya untuk membangun komunikasi sosial yang berkualitas. Berikut adalah analisis kebutuhan bersosial serta komunikasi yang dikaitkan dengan teori Abraham Maslow. 

Dalam Teori Abraham Maslow terdapat lima kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan akan rasa untuk mendapat penghargaan, serta kebutuhan aktualisasi diri. 

1. Kebutuhan fisiologis dalam konteks bersosial di tengah pandemi

Kebutuhan ini lebih pada kebutuhan fisik, dan harus terpenuhi pemenuhannya. Seperti yang kita tahu untuk memerangi pandemi saat ini pemerintah menggalahkan social distancing, WFH dan LFH untuk pertama kalinya, dan istirahat adalah sebuah kebutuhan yang mendesak pemenuhannya. Jika saat hari biasa kebanyakan masyarakat kehilangan atau tidak memiliki jam istirahat yang normal serta sehat maka degan adanya pandemi ini, masyarakat memiliki waktu yang cukup untuk mengistitratkan fisik mereka. Di lihat dari sisi sosial dengan adanya social distancing sebagai strategi dalam memerangi pandemi memiliki dampak negatif dan positif. Jika dilihat dalam kacamata dampak positif, adanya hal ini akan menciptakan individu sosial yang lebih sehat dan siap kembali ke masyarakat dengan semangat dan kualitas kesehatan yang sangat baik akibat terpenuhinya kebutuhan fisiologis yang dapat menunjang baiknya komunikasi sosial. 

2. Kebutuhan akan rasa aman 

Globalisasi membawa arus sistem komunikasi menjadi lebih mudah dan sangat menyeluruh untuk saat ini jika ditinjau secara global. Media komunikasi visual dan cetak merupakan suatu hal yang penting dalam penanggulangan bencana baik yang berasal dari abiotik maupun biotik seperti pandemi saat ini. Sistem informasi yang strategis akan memberikan dampak positif pada masyarakat. Dalam hal ini diartikan penggunaan media untuk mensosialisasikan serta memberikan informasi pencegahan, penanganan serta penggembangan dari pandemi saat ini. Komunikasi sosial melalui media seperti ini yang membuat kebutuhan masyarakat akan rasa aman dapat terpenuhi, karena dampak komunikasi atau bersosial dengan media sosial yang memiliki tujuan serta langkah yang tepat akan menjadi suatu cara cara bersosial di tengah pandemi seperti ini. 

3. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki

Di era digital seperti saat ini, figur on air banyak tergantikan dengan para influencer dan content creator yang memiliki jaringan serta kreativitas yang tinggi. Hal tersebut berkembang dengan pesat dalam berbagai platform online dan media sosial. Adanya peristiwa wabah atau pandemi saat ini tidak menyurutkan kreatifitas para influencer serta content creator untuk mengkampanyekan mengenai pencegahan pandemi ini. Mereka membuat content yang sangat menginspirasi banyak orang untuk berjuang dan berkontribusi melawan pandemi ini. Lewat media digital ini terbukti bahwa kualitas bersosial di berbagai sosial media masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dan pertumbuhan ke arah yang lebih baik. Adanya sikap saling peduli dan mengkasihi menjadi indikator dari terpenuhinya kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki. 

4. Kebutuhan rasa harga diri 

Menyeruaknya pemberitaan mengenai perjuangan banyak pihak untuk melewati siklus pandemi ini membuat banyaknya apresiasi masyarakat terhadap kinerja yang dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya tenaga medis. Banyak masyarakat yang mengapresiasi hal tersebut dan ikut berkontribusi menggalang dana untuk memberikan APD (Alat Pelindung Diri) kepada para tenaga medis. Hal ini menunjukkan komunikasi lewat media mampu menyuarakan apresiasi terhadap apapun serta memberikan penghargaan yang dapat mengubah dan meningkatkan kinerja pada individu yang dikenai penghargaan atau apresiasi. 

5. Kebutuhan aktualisasi diri 

Seperti yang kita tahu saat ini bahwa sosial distancing dan pembatasan sosial skala besar  (PSBB) sedang digencarkan oleh pemerintah untuk mengefektifkan usaha dan perjuangan pemerintah. Lewat media digital masyarakat akan tetap terprnuhi kebutuhan bersosialnya. Banyak sekali masyarakat menyuarakan pendapat, dukungan, serta menyebarkan sesuatu yang positif dalam laman media sosial pribadi mereka. Hal ini memicu peningkatan aktualisasi dan pengembangan diri ketika menjalani social distancing maupun PSSB. 

Dengan melihat uraian di atas, bahwasannya kebutuan akan bersosial saat ini sangat penting. Keadaan darurat seperti saat ini bukan menjadi penghalang terpenuhinya hasrat bersosial. Di era digital seperti saat ini, sosial menuntut tiap individu memberikan peran serta kontribusi positif untuk membangun suatu sistem atau tatanan sosial yang santun dan membangun kualitas individu yang lebih baik dan bijak dalam menggunakan media. Bersosial ditengah pademi masih dapat dilakukan dengan sangat efektif melalui hal-hal kecil yang menginspirasi dan membangun. 

Oleh: Sugeng Bagus Permadi

Post a Comment

0 Comments