Pubertas adalah masa transisi dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder dan kemampuan bereproduksi. Pada perempuan masa pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), perubahan psikis dan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan dan pembesaran payudara.
Periode pubertas pada anak perempuan terjadi pada usia 9-12 tahun, sedangkan rata-rata usia menarche adalah 12-13 tahun. Saat ini anak perempuan mengalami periode pubertas lebih awal, hal ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sekunder dan terjadinya menarche lebih awal daripada tahun-tahun sebelumnya. Pergeseran usia menarche ke usia yang lebih muda, akan menyebabkan remaja putri mengalami dampak stress emosional. Usia menarche yang terjadi dibawah usia 12 tahun berhubungan dengan risiko terkena kanker payudara, obesitas abdominal, resistensi. insulin, penumpukan lemak dalam jaringan adiposa, risiko penyakit kardiovaskular dan hipertensi.
Baca Juga Khasiat Belimbing Wuluh Untuk Mengatasi Jerawat
Penurunan onset pubertas berkaitan dengan beberapa faktor yaitu genetik, status gizi,faktor media informasi dan komunikasi, faktor aktivitas fisik dan faktor lingkungan. Seiring dengan perkembangan jaman dan membaiknya standar kehidupan, faktor status gizi pada anak perempuan sangat berperan terhadap terjadinya penurunan usia menarche. Faktor status gizi ini juga sangat berkaitan erat dengan faktor tingkat sosial ekonomi dan aktivitas.
Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup anak perempuannya menyebabkan anak semakin menikmati media cetak maupun media elektronik serta mengakses informasi budaya luar, semakin meningkatnya aktivitas anak didepan alat komunikasi membuat anak menjadi semakin malas untuk beraktivitas. Beberapa peniliti mengungkakpkan aktivitas seorang individu akan berkurang ketika menginjak masa remaja. Latihan fisik/olahraga dapat menunda menarche melalui mekanisme hormonal karena telah menurunkan produksi progesteron dan sebagai akibatnya menunda kematangan endometrium atau lapisan dalam dinding rahim. Ketiga faktor yang saling mempengaruhi ini akan meningkatkan rangsangan psikis yang akhirnya akan berhubungan dengan usia menarche.
Faktor status gizi dikaitkan dengan keanekaragaman mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan lemak, protein, serat dan kalsium. Saat ini salah satu jenis makanan yang sangat diminati anak-anak adalah makanan bergaya barat yang dikenal dengan sebutan junk food. Berdasarkan penelitian Niken (2010), 5 dari 21 siswi kelas lima dan enam pada dua sekolah dasar di Surakarta telah mengalami menarche di usia 10-11 tahun. Tiga siswi yang sudah mengalami menarche mengatakan menyukai makanan junk food dan mengalami pertumbuhan tubuh yang cepat daripada teman-temannya. Penelitian Susanti (2012), 11,4 % siswi SMP yang tergolong dalam overweight mengalami menarche di usia 11 tahun.
Junk Food merupakan sebutan untuk makanan modern yang diperkenalkan oleh Michael Jacobson pada tahun 1972. Junk food adalah semua makanan yang dikonsumsi yang tidak memberikan manfaat bahkan justru merugikan kesehatan, dapat pula makanan yang sebenarnya sehat tetapi dikonsumsi berlebihan. Junk food merupakan semua jenis makanan yang mengandung gula, lemak, dan kalori dalam jumlah yang tinggi tetapi memiliki sedikit kandungan mikronutiren seperti vitamin, mineral, asam amino, dan serat.
Junk food disebut juga makanan sampah. Hal ini dikarenakan kandungan gula dan lemak jenuhnya yang tinggi dan ditambah dengan kandungan zat adiktif seperti monosodium glutamate, tatrazine yang memiliki efek negatif bagi tubuh jika dikonsumsi. Makanan yang dikategorikan sebagai junk food biasanya mengandung sodium, saturated fat, dan kolesterol. Beberapa junk food juga mengandung gula dan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Kebiasaan mengkonsumsi junk food juga memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Salah satu kandungan yang terdapat dalam junk food adalah gula. Minuman bersoda dikategorikan dalam junk food karena mengandung banyak gula. Kandungan gula dalam satu kaleng minuman bersoda mencapai 9 sendok teh gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh melebihi dari satu sendok teh sehari.
Kandungan gula yang tinggi dalam junk food akan menyebabkan pankreas mengekskresikan insulin dalam jumlah yang banyak agar kadar gula dalam darah tetap normal. Ketika kadar karbohidrat yang tinggi dalam tubuh terjadi secara terus menerus, pankreas akan bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin dalam kadar yang lebih banyak. Hal ini akan menyebabkan disfungsi pankreas yang pada akhirnya tidak bisa mengkontrol kadar gula darah. Keadaan ini akan berlanjut menjadi diabetes mellitus tipe II.
Sodium adalah bagian dari garam yang banyak ditemukan di makanan dan minuman kemasan. Sodium banyak terdapat di french fries, ayam goreng, burger, cheese burger, bologna, /pizza, segala jenis snack, dan mie instan. Beberapa bumbu penyedap seperti soy sauce dan onion salt pun tidak luput dari kandungan sodium. Konsumsi sodium yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak adalah tidak lebih dari 1-1,5 sendok teh atau sama dengan 2300 mg per hari, sedangkan sodium yang terkandung dalam junk food adalah >200 mg sodium per penyajian snack. Jika dalam sehari anak remaja mengkonsumsi 5-10 snack dan ditambah mengkonsumsi makanan olahan lainnya maka konsumsi sodium sudah mencapai kadar yang berlebihan. Kandungan sodium yang berlebihan merupakan faktor resiko pula terjadinya hipertensi.
Baca Juga Labu Siam Penurun Kolesterol Alami
Saturated fat yang terkandung dalam junk food akan merangsang hati untuk menghasilkan kolesterol dalam tubuh. Kolesterol yang berelebihan akan menjadi faktor resiko obesitas dan penyakit kardiovaskular. Lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu kemasan merupakan sumber utama dari saturated fat ini. Beberapa junk food juga mengandung gula yang berlebihan misalnya pada minuman bersoda yang biasanya dikonsumsi satu paket dengan fried fries, fried chicken, atau burger. Dalam satu kaleng minuman bersoda mengandung 8-9 sendok teh gula, hal ini berarti jauh melebihi kebutuhan tubuh akan gula yaitu hanya 1-2 sendok teh gula.
Konsumsi makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak dalam jaringan adiposa yang berkorelasi positif dengan peningkatan kadar leptin. Leptin ini akan memicu pengeluaran hormon GnRH yang selanjutnya mempengaruhi FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen. Akan tetapi hal ini bertolak belakang dengan konsumsi makanan tinggi serat yang dapat menurunkan jumlah kolesterol.
Asupan protein hewani yang lebih juga dikaitkan dengan penurunan usia menarche. Protein hewani berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi puncak LH dan memperpanjang fase folikuler. Lain halnya dengan protein nabati yang kaya akan isoflavon berhubungan dengan keterlambatan usia Isoflavon dikaitkan dengan efek antiestrogenik yang mampu menggantikan estradiol berinteraksi langsung dengan reseptor estrogen a (ERa gene). Kondisi inilah yang akan mengacaukan gen ERa untuk melakukan transkripsi gen sebagai pemicu awal pubertas.
Baca Juga Mahkota Dewa Untuk Mengobati Asam Urat
Adapun keterlibatan asupan mikronutrien yaitu kalsium, terutama pada susu yang mempengaruhi jumlah estrogen dan faktor pertumbuhan dalam mengirimkan sinyal fisiologis untuk regulasi pertumbuhan somatik dan kematangan organ reproduksi.
Sumber
Maditias, Genoveva. 2015. Konsumsi Junk Food dan Pubertas Dini. Jurnal Majority. Volume 4. Nomor 8. Hal. 117-120.
0 Comments