Sebagai manusia, kita sering tertipu dengan keindahan dunia. Menuruti hawa nafsu untuk mencari kesenangan duniawi semata, sampai lalai bahwa kehidupan akhirat lebih baik.
Padahal di dalam hadist maupun Al-Qur'an, telah disebutkan berkali-kali mengenai hal ini.
Rasulallah shalallahu'alaihi wassalam bersabda yang artinya:
"Orang pandai adalah orang yang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala dan ia mengerjalan amal-amal kebajikan untuk setelah kematiannya. Sedangkan orang bodoh adalah, orang yang mengikuti hawa nafsunya tetapi ia selalu berharap ampunan dari Allah swt."(HR. at-Tirmidzi, hadist nomor 2459 dan Ibnu Majah hadist nomor 4260).
Sudah sering kita dengar, bahwa bagian terburuk dari manusia adalah mengikuti hawa nafsu. Padahal ia adalah penghambat tujuan hidup. Sampai diibaratkan bahwa Hawa nafsu itu seperti bayi yang menyusu, bila kita tidak menghentikannya, ia akan selalu menuntut lebih.
Jelas sekali, orang yang sentiasa menuruti hawa nafsu tak juga meraih kesuksesan dalam segala hal yang di lakukan. Sebab bagian dari perjalanan yang fokus pada tujuan adalah menahan diri dari hawa nafsu.
Tujuan manusia sendiri adalah negeri akhirat, yang mana di sana ada keabadian, dan ada keridhoan Allah swt atas mereka yang diijinkan masuk ke dalam surga.
Libatkan Allah dalam setiap pekerjaan, sehingga kita lupa pada godaan nafsu. Lakukan segalanya Lillah, sehingga ketika meskipun kita gagal dalam melakukannya, terselip pahala dan saham akhirat di dalamnya.
Seringkali kita dengar, dunia adalah ibarat bayangan. Jika kita kejar, maka dia tak akan bisa kita tangkap. Tapi bila kita berpaling darinya, ia akan mengikuti sekalipun kita tak lagi menginginkan.
Seperti juga yang pernah saya baca, sebuah kutipan dari buku The Perfect Muslimah, kurang lebih begini:
'Saya melihat orang-orang sukses adalah mereka, kalangan orang dengan jiwa spiritual tinggi.'
Orang dengan spiritual yang tinggi, tentunya ia seseorang yg bisa mengendalikan hawa nafsunya dengan baik. Seseorang yang paham tujuan sebenarnya manusia diciptakan.
Tata kembali niat, usahakan setiap pekerjaan ada nilai keuntungan akhirat di dalamnya. Sehingga tak ada kerugian sama sekali. Juga apapun yang kita lakukan, usahakan tidak keluar dari koridor syariat dalam mengerjakannya.
Jangan pernah ragu mendekatkan diri pada-Nya. Jangan takut tertinggal soal dunia bila kita mengejar akhirat. Sekali lagi, kalaupun kita tidak meraih sukses di dunia fana, kita akan mendapati diri kita mendapat imbalan yang pantas di akhirat nanti. Sebab akhirat adalah keabadian dan sebaik-baik tujuan hidup.
وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ
"Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. al-Qashshash: 60)
Daftar pustaka:
Tarjamah kitab al-Qabbas an-Nuur al-Mubiin Min Ihya' 'Ulumuddin, al-Allamah Sayyidil Habib Umar bin Hafidz.
The Perfect Muslimah, Ahmad Rifai.
0 Comments